Kasih Setia TUHAN melampaui kefanaan Manusia (Mazmur 103:15-18)


Peristiwa kematian adalah peristiwa yang senantiasa mengingatkan kita akan kefanaan manusia. Ketika melihat seorang telah meninggal, kita menyadari bahwa kehidupan manusia di dunia ini ada akhirnya.

Ketika seseorang masih hidup, ia bisa melakukan banyak hal dalam kehidupannya. Ia bisa pergi ke berbagai tempat, ia bisa membeli banyak benda, ia bisa membuat apa saja yang mampu dibuat oleh tangannya, ia bisa berjumpa dan bercengkrama dengan banyak orang yang ditemuinya. TETAPI bilamana kematian itu datang, semuanya itu berhenti di sana. Ia tak bisa lagi pergi ke berbagai tempat, tak bisa lagi membeli banyak benda, tak bisa lagi berbuat apa-apa, dan tak bisa lagi menemui atau ditemui oleh orang-orang yang ia kasihi.

Inilah dampak dari kematian. Inilah kefanaan manusia yang ditunjukkan oleh kematian. Kematian menyatakan bahwa hidup manusia di dunia ini ada batasnya.

Pemazmur menggambarkan kehidupan manusia yang fana itu, seperti rumput. Ketika pagi ia bertumbuh dan berkembang, tetapi ketika petang menjadi lisut dan layu. Penggambaran ini bukan hanya menunjukkan bahwa hidup manusia itu singkat tetapi juga menyatakan bahwa manusia akan mengalami masa “lisut” atau “keriput”; akan mengalami masa “layu” atau “renta.”

Kakek saya meninggal di usia 60 tahun. Ia tampak keriput dan renta di usia tuanya. Saya sekarang sudah mencapai usia setengah dari usia kakek saya. Tinggal setengah lagi. Hidup ini singkat dan akan menjadi “lisut dan layu seperti rumput.” Itulah kefanaan manusia.

Kehidupan manusia juga digambarkan seperti bunga di padang yang segera hilang ketika angin datang melewatinya. Keindahan bunga itu hilang ketika angin melintasinya. Demikian juga kehidupan manusia, ketika kematian datang, segala keberhasilan dan kegemilangan yang pernah dicapai BUKAN LAGI MENJADI BAGIAN DARI ORANG ITU, tetapi hanya menjadi KENANGAN. Ini juga kefanaan manusia.

Waktu kita menyadari bahwa ketika seorang meninggal, segala keberhasilan dan kegemilangan hidup tak dapat lagi menopang dia, kita mungkin akan bertanya, “lalu apa yang dapat menopang dia?” Waktu kita sadari bahwa keluarga, sahabat tak mungkin menemani melewati gerbang kematian, lalu siapa yang akan menemaninya?

Bagian selanjutnya dari mazmur yang tadi kita baca menyatakan bahwa orang-orang yang takut akan Tuhan, yang berpegang pada perjanjian Tuhan dan ingat melakukan titah-Nya akan ditopang oleh kasih setia selama-lamanya. Tuhan sendiri yang menyertai orang-orang yang takut akan Tuhan, baik  sebelum dan sesudah orang itu mati.

Bagaimana dengan orang-orang yang tidak takut akan Tuhan; Orang-orang yang tidak percaya yang mengalami kematian? Alkitab menggambarkan jiwa mereka jauh dari Tuhan dan berkat-berkat-Nya. Jiwa mereka kering. Mereka sengsara dalam cengkraman maut. Mereka terkungkung dalam dunia orang mati dengan penderitaan dan kesengsaraan.

Tetapi orang-orang yang takut akan Tuhan, mengalami kebaikan Tuhan. Orang-orang yang percaya kepada Allah, ketika meninggal mereka bersama-sama dengan Tuhan. Mereka mengalami kesenangan, sukacita karena mereka menyadari bahwa Allah menopang mereka dalam kematian.

Dalam Filipi 1:21-24 Paulus menyatakan “Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan. Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah. Jadi mana yang harus kupilih, aku tidak tahu. Aku didesak dari dua pihak: aku ingin pergi dan diam bersama-sama dengan Kristus--itu memang jauh lebih baik; tetapi lebih perlu untuk tinggal di dunia ini karena kamu.”

Paulus menyatakan, “mati adalah keuntungan,” “pergi dan diam bersama-sama dengan Kristus itu jauh lebih baik.” Di bagian lain ia menyatakan, “terlebih suka kami beralih dari tubuh ini.” Di mata Paulus kematian itu lebih baik dari pada kehidupan. Dalam kehidupan kita menderita, kita sakit, kita bertemu dengan orang-orang jahat. Tetapi ketika seorang percaya meninggal, ia mengalami kesenangan bersama-sama dengan Tuhan.

Apakah ini berarti “kehidupan tidak punya makna?” TIDAK. Paulus menyatakan, “seorang yang hidup lebih berguna dari pada orang mati. Orang yang hidup bisa melakukan hal yang berguna bagi orang lain. Orang yang hidup bisa menghasilkan buah, tetapi orang mati tidak.”

Jadi bagi orang-orang percaya, kematian lebih baik daripada hidup, tetapi kehidupan lebih berguna daripada kematian. Jika kita mengalami kematian itu lebih baik daripada kita tetap hidup, tetapi jikalau Tuhan masih ijinkan kita hidup, itu berarti kita harus lebih berguna orang lain dan menghasilkan buah dalam kehidupan kita.

Dalam kacamata firman Tuhan ini kita melihat bahwa kematian adalah hal yang lebih baik bagi oma yang kita kasih. Ia telah menetap bersama-sama dengan Tuhan. Ia ditopang oleh kasih setia Tuhan. Ia mengalami kesenangan sebagai seorang yang mengasihi dan takut akan Tuhan.

Sedangkan bagi kita yang masih hidup, Tuhan ingin kita lebih berguna bagi orang lain. Allah ingin kita menghasilkan buah dalam kehidupan kita. Kehidupan di dunia ini terbatas dan akan lisut dan layu. Dan dalam masa hidup yang terbatas ini, mari kita terus berusaha melakukan hal yang berguna bagi orang lain. Mari kita terus menghasilkan buah. Mari kita terus berpegang pada perjanjian Tuhan. Mari kita terus ingat melakukan titah-Nya. Amin.

Pengantar Doktrin ttg Keselamatan


Definisi Keselamatan
            Keselamatan dalam alkitab diterapkan secara luas dan beragam. Secara sederhana kata kerja “menyelamatkan” berarti tindakan mengeluarkan seseorang atau sesuatu dari bahaya atau situasi yang mengancam. Ketika Israel lolos dari kekalahan di medan perang, maka dapat dikatakan Israel diselamatkan. Bilamana seorang sembuh dari penyakit yang dideritanya, maka juga dapat dikatakan ia mengalami keselamatan. 
            Namun, keselamatan yang akan dibahas dalam doktrin keselamatan merujuk pada keselamatan dalam pengertian khusus, yaitu keselamatan dari malapetaka yang paling mengerikan, yakni penghukuman dan murka Allah akibat dosa manusia. Keselamatan ini diperoleh di dalam karya penebusan yang dikerjakan Kristus.
            Bagaimana bisa luput dari penghukuman Allah?

Pentingnya Keselamatan       
            Semua orang telah berdosa (Roma 3:23). Aspek dosa bukan hanya perbuatan, tetapi juga perasaan, pikiran, perkataan. Dosa bukan hanya melakukan salah, melainkan juga tidak melakukan yang benar (tahu kebenaran tetapi tidak melakukannya).
            Apakah kita setuju dengan pandangan bayi-bayi adalah suci tanpa dosa? Alkitab tidak memberikan indikasi bahwa bayi-bayi adalah suci. Sebaliknya Alkitab menegaskan bahwa semua orang telah berdosa, termasuk bayi-bayi. Setiap orang lahir dengan natur dosa. Allah menghakimi umat manusia karena dosa Adam (Roma 5:12-21). Kita semua secara natural berdosa (Ef. 2:3), bahkan sejak dalam kandungan (Mzm. 51:5), dan berada dibawah murka Allah.
            Karena dosa, relasi Allah dan manusia menjadi rusak. Manusia berada dibawah murka Allah. Roma 1:18, “Sebab murka Allah nyata dari sorga atas segala kefasikan dan kelaliman manusia, yang menindas kebenaran dengan kelaliman.” Dalam Roma 6:23 dinyatakan bahwa upah dosa adalah maut. Maut merujuk pada kematian rohani. Manusia tidak lagi hidup dalam kebenaran, sebaliknya berada dibawah kuasa dosa. Manusia menantikan penghukuman kekal, dimana Allah mencurahkan sepenuhnya murka-Nya pada manusia dimasa yang akan datang.
            Apakah manusia tidak dapat menyelamatkan diri? Manusia berusaha menyelamatkan dirinya dengan melakukan perbuatan baik. Tetapi tuntutan Allah adalah sempurna (Mat. 5:48; Mat. 19:17). Allah ingin kebaikan yang sempurna, namun manusia tidak sanggup memenuhi tuntutan Allah. Di mata Allah kesalehan manusia seperti kain kotor, karena manusia pada hakekatnya adalah berdosa (Yes. 64:5b-6).

Jalan Keselamatan
            Bagaimana manusia bisa selamat dari murka Allah? Keselamatan merupakan anugerah dari Allah. Anugerah adalah pemberian cuma-cuma (gratis). Keselamatan Kristen adalah pemberian cuma-cuma, bukan karena usaha manusia. Keselamatan diperoleh bukan karena manusia melakukan perbuatan baik atau amal, melainkan karena anugerah Allah kepada kita (Ef. 2:8-9; Tit. 3:5)
            Manusia yang mendapatkan anugerah Allah akan mengalami kelahiran baru atau kelahiran kembali (Yoh. 3:3,5). Kelahiran baru memampukan manusia yang telah mati secara rohani dapat melihat realitas keselamatan dalam Kristus. Kelahiran baru mempersiapkan manusia menerima keselamatan.
Keselamatan itu diberikan kepada manusia melalui iman kepada Kristus (Yoh. 3:16, Roma 10:10; Ef. 2:8-9). Iman kepada Kristus mempunyai 3 aspek: (1). Pengetahuan: mengetahui fakta kebenaran tentang karya penebusan dalam Kristus. (2). Persetujuan. menyetujui fakta-fakta tersebut. (3). Keyakinan. meyakini fakta tersebut, bersandar pada fakta bahwa kematian Kristus telah membayar dosa.
Kristus adalah satu-satunya jalan keselamatan yang ditentukan Allah (Yoh 14:6; Kis. 4:12). Kristus taat sepenuhnya kepada Allah dan Ia menyerahkan diri-Nya menjadi tebusan bagi dosa manusia (Mat. 3:23-26). Kristus disalibkan dan mati demi menganggung dosa manusia. Ia menanggung murka Allah.
  
Menghidupi Keselamatan
            Setiap orang yang diselamatkan berada dalam fase pengudusan. Alkitab memperkenalkan tiga fase pengudusan: pengudusan posisional, progresif, ultimat. Pengudusan posisional merupakan status baru orang percaya di dalam Kristus (1Kor. 6:11; Ibr. 10:10, 14). Semua orang percaya berposisi telah dikuduskan. Pengudusan Progresif merupakan proses menuju keserupaan dengan Kristus, paska keselamatan dan sebelum kematian (2Kor. 3:18). Pengudusan ultimat merupakan keserupaan dengan Kristus secara total, dan pembebasan dari dosa setelah kita meninggal dan masuk surga (1Kor 15:49; 1Yoh. 3:2).
            Kita dibenarkan bukan karena perbuatan-perbuatan baik yang kita lakukan. Akan tetapi perbuatan-perbuatan baik bukanlah hal yang tidak penting dalam iman Kristen. Orang yang telah dilahirkan kembali dan percaya kepada Kristus dirancang Allah untuk melakukan perbuatan baik (Ef. 2:8-10). Perbuatan baik merupakan bukti yang kelihatan dari iman yang tidak kelihatan. Iman yang tidak terbukti dalam perbuatan baik merupakan iman yang palsu (Yak. 2:14-18). Rumusan relasi antara keselamatan, iman dan perbuatan baik adalah:
IMAN = KESELAMATAN + PERBUATAN BAIK.
            Seorang yang baru percaya kepada Kristus seperti bayi rohani yang baru lahir. Ia harus bertumbuh secara rohani. Pertumbuhan secara rohani dialami melalui disiplin rohani: Saat teduh (baca Alkitab dan doa), persekutuan dan ibadah (KTB, PMK, Gereja), pelayanan dan kesaksian.
            Keselamatan yang dianugerahkan Allah merupakan keselamatan yang bersifat kekal dan bukan sementara (Yoh. 6:47).  Jaminan keselamatan orang percaya bukanlah mengandalkan kesetiaan dan kerapuhan manusia, tetapi kesetiaan dan kekuatan kuasa Allah (Yoh. 10:28). Tetapi bagaimana jika orang percaya berdosa lagi? Orang yang percaya kepada Kristus tidak tetap dalam dosa (1Yoh. 3:6, terjemahan NIV lebih tepat, “No one who lives in him keeps on sinning. No one who continues to sin has either seen him or known him.”). Jika kita berdosa maka kita harus mengaku dosa kita dan berusaha kembali hidup suci (1Yoh. 1:9).


Pengantar Dokrin ttg Dosa


Tujuan:
Peserta mengerti definisi dosa, aspek dosa dan dampak dosa.
Peserta menyadari karakter Allah yang tidak kompromi dengan dosa manusia namun mengasihi manusia
Peserta memahami keberdosaan dirinya dan kesia-siaan usaha manusia untuk lepas dari belenggu dan penghukuman dosa.


Definisi Dosa
            Secara sederhana, dosa adalah pelanggaran hukum Allah. 1Yoh. 3:4  “Setiap orang yang berbuat dosa, melanggar juga hukum Allah, sebab dosa ialah pelanggaran hukum Allah.” Kata “dosa” dalam ayat ini berasal dari kata Yunani, hamartia, yang berarti “meleset dari sasaran.” Seorang yang berdosa adalah seorang yang meleset dari standar yang Allah tetapkan atau gagal mencapai standar Allah. Pelanggar Hukum Allah berasal dari kata Yunani, anomia, yang juga berarti tanpa atau anti hukum Allah. Seorang yang dikatakan berdosa karena ia tidak hidup sesuai hukum, anti hukum Allah, menolak hukum Allah.
                       
Kejatuhan Manusia Pertama dan Dosa Asali
            Allah mulanya menciptakan manusia baik dan tanpa dosa (Kej. 1). Akan tetapi Adam dan Hawa, menuruti bujukan ular untuk melanggar hukum Allah, dan memakan buah pohon pengetahuan itu (Kej. 3). Karena pelanggaran ini Adam dan Hawa berdosa. Dan semua orang yang berasal dari Adam dan Hawa berdosa. Roma 5:12, “Sebab itu, sama seperti dosa telah masuk ke dalam dunia oleh satu orang, dan oleh dosa itu juga maut, demikianlah maut itu telah menjalar kepada semua orang, karena semua orang telah berbuat dosa.” Keberdosaan keturunan Adam dan Hawa sudah ada bahkan dalam kandungan (Mzm. 51:5). Semua manusia berdosa, kecuali Yesus Kristus (Rm. 3:23; Ibr.4:15)
           
Aspek Dosa
            Kejatuhan telah meracuni setiap kemampuan manusia, sehingga seluruh keberadaan manusia ternoda dosa. Pikiran kita menolak kebenaran Allah (1Kor. 2:14); Perasaan telah tumpul sehingga tidak sensitif lagi terhadap dosa (Ef. 4:19); Perkataan dan perbuatan penuh dengan dosa (Roma 3:13-16). Hati kita adalah hati yang licik (Yer. 17:9). Keberdosaan manusia bukan hanya untuk pelanggaran yang terlihat tetapi bahkan yang tidak terlihat (Mat. 5:21-22; 27-28). Jadi seluruh aspek hidup manusia telah jatuh ke dalam dosa.

Dampak/Akibat Dosa
            Beberapa akibat dari kejatuhan manusia ke dalam dosa: pertama, rusaknya hubungan pribadi, sosial dan global. Egoisme memasuki kehidupan manusia, konflik, kejahatan, peperangan, eksploitasi dan pengrusakan alam. Kedua, kesakitan dan berbagai penderitaan memasuki kehidupan manusia (Kej. 3:16-19); Ketiga, Manusia mengalami kematian:
-          Kematian jasmani – ketepisahan jiwa dan raga yang dialami semua manusia (Kej. 3:19;Yak.2:26)
-          Kematian Rohani – keterpisahan dari Allah, ketidakmampuan memahami kebenaran dan kehendak Allah. Ini merupakan kondisi dari orang-orang yang tidak percaya yang hidup saat ini (Ef. 4:17-18)
-          Kematian Kekal – Keterpisahan secara permanen dari Allah di Neraka, tujuan akhir dari semua orang yang menolak karya penebusan Kristus (Luk. 12:5)
 
Kesia-siaan Usaha Manusia Menyelamatkan Diri
            Apakah manusia tidak dapat menyelamatkan diri? Manusia berusaha menyelamatkan dirinya dengan melakukan perbuatan baik. Tetapi tuntutan Allah adalah sempurna (Mat. 5:48; Mat. 19:17). Allah ingin kebaikan yang sempurna, namun manusia tidak sanggup memenuhi tuntutan Allah. Di mata Allah kesalehan manusia seperti kain kotor, karena manusia pada hakekatnya adalah berdosa (Yes. 64:5b-6). Bahkan Alkitab menegaskan bahwa Perbuatan baik tidak menyelamatkan manusia (Ef. 2:8-9; Tit. 3:5).
             
Karakter Allah dan Keberdosaan Manusia
            Beberapa tinjauan keberdosaan manusia dalam sudut pandang karakter Ilahi:
-          Kekudusan Allah. Allah adalah kudus karena itu orang yang berdosa tidak dapat menghampiri Allah. Orang yang melanggar kekudusan Allah akan mati. Seorang yang berdosa yang hendak datang kepada Allah harus melalui proses pengudusan atau penyucian (Yes. 6:1-7)
-          Keadilan Allah. Allah itu Adil. Keadilan Allah menuntut setiap orang yang berdosa harus dihukum (Kel 34:7)
-          Kasih Allah. Allah adalah kasih. Ia mengasihi manusia. Meskipun Allah membenci dosa manusia, tetapi ia mengasihi manusia ciptaannya (Yer. 31:3).
Karakter-karakter Allah ini nampak bertentangan (paradoks tetapi tidak kontradiksi) jika dikaitkan dengan keberdosaan manusia. Paradoks adalah hal-hal yang nampak bertentangan tetapi sesungguhnya tidak, sedangkan kontradiksi adalah hal-hal yang memang bertentangan.


Sumber:
·         5 Menit Teologia, Dr. Rick Cornish
·         The Moody Handbook of Theology, Paul Enns
·         Pertanyaan tentang Iman Kristen Dijawab dari Alkitab, Derek Prime


Pertanyaan Diskusi Kelompok:
1.      Dalam aspek apa saudara sering berbuat dosa (pikiran, perasaan, perbuatan; yang terlihat atau tak terlihat)? Berapa kali rata-rata saudara berdosa setiap harinya? Selama hidup, berapa kira-kira dosa yang telah saudara lakukan (dosa sehari × 30 hari × 12 bulan × usia saat ini)?
2.      Bagaimanakah dosa merusak hubungan saudara dengan Allah?
3.      Bagaimanakah dosa merusak relasi saudara denga sesama dan alam semesta?
4.      Menurut saudara, bagaimana manusia terbebas dari kematian rohani?

TURUNLAH DARI SALIB ITU!


Sebentar lagi umat kristiani seluruh dunia memperingati salah satu peristiwa penting dalam sejarah kekristenan, peristiwa wafatnya Yesus Kristus. Kalender kita menunjukkan bahwa peringatan peristiwa itu jatuh pada hari Jumat, 2 April 2010.
Sebagai seorang kristen, aku ingin peringatan tahun ini tidak berlalu tanpa makna.  Dalam pada keinginan itu, maka aku mencoba menemukan makna peringatan ini bagi diri. Pikirku: Secuil makna lumayanlah dari pada nihil! Demi mendapat makna dari peringatan ini, segera aku membuka catatan Markus dan membaca bagian kisah di Jumat itu:
“Orang-orang yang lewat di sana menghujat Dia, dan sambil menggelengkan kepala mereka berkata: ‘Hai Engkau yang mau merubuhkan Bait Suci dan mau membangunnya kembali dalam tiga hari, turunlah dari salib itu dan selamatkan diri-Mu!’ Demikian juga imam-imam kepala bersama-sama ahli Taurat mengolok-olokkan Dia di antara mereka sendiri dan mereka berkata: ‘Orang lain Ia selamatkan, tetapi diri-Nya sendiri tidak dapat Ia selamatkan! Baiklah Mesias, Raja Israel itu, turun dari salib itu, supaya kita lihat dan percaya.’ Bahkan kedua orang yang disalibkan bersama-sama dengan Dia mencela Dia juga.”
Ketika aku membaca nukilan ini berulang-ulang, pikiran dan hatiku seakan ditarik untuk menanggap bahwa pada dasarnya ketiga kelompok orang dalam nukilan ini  menyuarakan spirit yang sama. Ketiga kelompok orang-orang itu adalah orang-orang yang lewat, imam-imam kepala/ahli Taurat, kedua orang yang disalibkan bersama Yesus. Ketiga kelompok ini meminta seraya menghina agar Yesus menunjukkan jati diri-Nya dengan turun dari salib dan menyelamatkan diri. 
Orang-orang yang sekadar melintas di tempat penyaliban menghina Yesus.  Mereka menyitir perkataan Yesus sebelumnya bahwa Ia sanggup membangun kembali Bait Suci yang dirubuhkan hanya dalam tiga hari. Mereka meminta Yesus untuk membuktikan kemampuan-Nya membangun Bait Suci dalam tiga hari, dengan turun dari salib dan menyelamatkan diri. 
Sungguh suatu ketidakmengertian yang memprihatinkan.  Orang-orang yang sekadar lewat ini tidak menyadari bahwa Bait Suci itu sedang dirubuhkan di atas kayu salib dan akan segera dibangun tiga hari lagi.  Mereka tidak mengerti bahwa perkataan Yesus: “rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali,” sebenarnya menunjuk pada kematian dan kebangkitan-Nya (Yoh. 2:21-22).
Imam-imam kepala dan ahli Taurat mengolok-olok Yesus dengan meminta-Nya untuk membuktikan identitas-Nya sebagai Mesias (atau Kristus).  Pembuktian ini diwujudkan dengan turun dari salib dan menyelamatkan diri.  Dalam pemahaman mereka, jika Yesus sungguh adalah Mesias yang dinantikan, maka Yesus harus menyatakannya dengan turun dari salib itu.  
Tuntutan imam-iman kepala dan ahli Taurat ini sebenarnya senada dengan keinginan orang yang disalibkan bersama-sama Yesus.  Seorang dari penjahat yang di gantung itu menghujat Dia, katanya: “Bukankah Engkau adalah Kristus? Selamatkanlah diri-Mu dan kami!” (Luk. 23:39).  Baik imam-imam kepala dan ahli Taurat maupun orang yang disalib bersama Yesus, sepakat bahwa Yesus perlu membuktikan identitas mesianik-Nya dengan turun dari salib dan menyelamatkan diri.
Sekali lagi sungguh suatu ketidakmengertian yang memprihatinkan.  Mereka meminta Yesus membuktikan identitas mesianik-Nya dengan turun dari salib dan menyelamatkan diri.  Mereka tidak memahami penyataan Kitab Suci mengenai Sang Mesias.  Mereka tidak mendalami tulisan Musa dan para Nabi bahwa Mesias harus menderita semuanya itu untuk masuk ke dalam kemuliaan-Nya  (Luk. 24:26-27, 46). Mereka mengabaikan kebenaran bahwa Mesias harus menderita dan bangkit dari kematian.  Justru karena Yesus adalah Mesias, maka Ia tetap terpaku di salib itu.
Berbeda dengan ketiga kelompok ini, Yesus menyadari sepenuhnya alasan Ia harus tetap di kayu salib itu.  Ia mengerti sejak semula kehendak Allah Bapa-Nya.  Ia mengerti dengan jelas tulisan-tulisan Musa dan para Nabi.  Ia tetap pada kayu salib itu untuk menggenapi semua itu.  Ia tahu bahwa tubuh-Nya harus ‘dirombak’ dan ‘dibangun kembali’ pada hari ketiga.  Ia mengerti bahwa panggilan mesianik-Nya adalah untuk mati di kayu salib dan bangkit pada hari ketiga. 
Rupanya Jumat itu merupakan hari yang diwarnai dengan kesalahpahaman mengenai perkataan dan identitas Yesus.  Tiga kelompok orang menghina Yesus yang disalib karena mereka tidak mengerti perkataan Yesus dan kebenaran Kitab Suci.  Sebaliknya, Yesus tetap terpaku di atas kayu salib karena pengertian-Nya akan kebenaran dan identitas-Nya sebagai Mesias yang menderita.  Jumat itu

            Permenungan ini menghantarku menemukan bukan secuil melainkan sejumlah makna bagi diri,
v  Ketaatan di jalan panggilan tidak pernah lepas dari pengertian akan Firman Allah.  Keyakinan Yesus di jalan salib didasarkan pada keutuhan pengertian-Nya atas kehendak Bapa dan kebenaran Kitab Suci.
v  Mungkin setiap orang Kristen akan sampai pada titik di mana tidak ada orang yang mendukungnya menapaki jalan panggilan.  Sahabat melupakan dan musuh menistakan.  Tetapi panggilan yang didasarkan pada pemahaman akan Firman Tuhan, akan menghadirkan kekuatan untuk bertahan.
v  Keselamatan Kristiani melalui salib Kristus tidak akan dapat diterima oleh siapapun yang tidak menundukkan diri pada Kitab Suci.  Keselamatan melalui salib Kristus merupakan keselamatan yang tidak pernah terpikirkan oleh orang yang tidak mengerti kebenaran Kitab Suci.  Keselamatan melalui salib akan ditolak bersama-sama dengan kebenaran Kitab Suci.
v  Hidup harus didedikasikan terutama untuk mengerti kebenaran Kitab Suci.  Kesedihan terutama bukan karena kita dihina atau dinista, tetapi karena kita tidak mengerti kebenaran Kitab Suci.

Selamat menghayati Jumat Agung dan selamat Paskah.
(Tulisan ini dibuat tahun 2010)

Bersukacita (Filipi 1:12-19)


Apakah anda bersukacita saat ini? Mungkin anda berkata, “Saya bersukacita karena saya bisa berkuliah di kampus favorit dan nilai-nilai saya sangat memuaskan”; “Saya bersukacita karena saya memiliki mobil, motor, blackberry atau benda-benda  lainnya”; Saya bersukacita karena baru saja sembuh dari penyakit”; Saya bersukacita karena saya bisa mendapatkan apa saya yang saya inginkan.

Tetapi apakah anda akan bersukacita seandainya semua itu tidak terjadi? Bahkan yang terjadi justru sebaliknya? Apakah anda bisa tetap bersukacita sekalipun saudara tidak berkuliah di tempat favorit atau bahkan tidak bisa kuliah sama sekali. Apakah anda bisa tetap bersukacita andaikata tidak memiliki benda-benda berharga. Apakah anda bisa tetap bersukacita terbaring sakit dan tidak bisa disembuhkan, bahkan divonis hidupnya tinggal sebentar?

Apakah seseorang bias tetap bersukacita kendati pun kita mengalami hal yang tidak diinginkannya?

Kebenaran firman Tuhan ini mengajarkan kita dua hal:

Pertama, sukacita tidak ditentukan oleh kondisi sekitar

Artinya seorang bisa tetap mengalami sukacita meski ia mengalami hal yang tidak ia harapkan atau tidak ia inginkan.

Pada bagian Alkitab ini, Paulus menyakan dirinya berada dalam penjara. Di ayat 13 dinyatakan, “aku dipenjarakan.” Di ayat 14, “pemenjaraanku.” Di ayat 17, “dalam penjara.” Menariknya, di ayat 18 dinyatakan bahwa kendatipun Paulus berada di dalam penjara, ia bersukacita. Bahkan lebih jauh lagi Paulus mengatakan, di pasal 2:17, bahwa “sekalipun darahku dicurahkan pada korban dan ibadah imanmu, aku bersukacita dan aku bersukacita dengan kamu sekalian.”

Bagian ini menunjukkan bahwa bukan kondisi sekitar yang menentukan sukacita seseorang. Paulus mengalami pemenjaraan, tetapi bersukacita. Oleh karena itu, seorang bisa saja mengalami sukacita meski kondisi sekitarnya tidak seperti yang diharapkan.

Kisah jemaat di Makedonia juga meneguhkan kebenaran ini. Dalam 2Kor. 8:2  dinyatakan bahwa, “Selagi dicobai dengan berat dalam pelbagai penderitaan, sukacita mereka meluap dan meskipun mereka sangat miskin, namun mereka kaya dalam kemurahan.” Jemaat Makedonia tetap bersukacita kendatipun mereka menderita. Dan sukacita ini terlihat dari kemurahan hati mereka untuk memberi meski mereka orang-orang miskin.

Jadi Apakah kita bisa tetap bersukacita kendati pun kita mengalami hal yang tidak kita inginkan? Jawabannya BISA! Karena bukan kondisi sekitar kita yang menetukan sukacita kita.

Aplikasi
Saat kita tidak berada dalam penjara. Tetapi mungkin hidup kita terpenjara oleh berbagai penderitaan dan kesulitan. Kita mengalami pergumulan dan permasalahan. Mungkin ada yang terpenjara oleh persoalan ekonomi, terpenjara oleh konflik keluarga, terpenjara oleh masalah penyakit, pendidikan, relasi.

Ingat satu hal kondisi apa pun yang kita alami, itu tidak membuat saudara tidak lagi dapat merasakan sukacita. Persoalan ekonomi, penderitaan, penyakit, masalah keluarga tidak menetukan sukacita anda dan saya. Sekali lagi, sukacita tidak ditentukan oleh kondisi sekitar.

Kita lantas bertanya, “kalau begitu apa yang menetukan sukacita kita?” Apa yang bisa membuat kita bersukacita dalam berbagai kondisi?

Dosa yang tidak terampuni = Menghujat Roh Kudus?

Mrk. 3:29 dalam Konteks Mrk. 3:20-30; Lukas 12:10; Matius 12:31-32.


Penelusuran Kata “MENGHUJAT“
·         blasfhmevw; blasfhmivaa, a" f: to speak against someone in such a way as to harm or injure his or her reputation (occurring in relation to persons as well as to divine beings) - ‘to revile, to defame, to blaspheme, reviling.’
o    blasfhmevwò mhdevna blasfhmei`n ‘no one should defame another’ Tt 3.2; kai; mh; kaqw;" blasfhmouvmeqa ‘and not as I have been reviled’ Ro 3.8; to; ga;r o[noma tou` qeou` diÆ uJma`" blasfhmei`tai ejn toi`" e[qnesin ‘for the name of God is reviled by the Gentiles because of you’ Ro 2.24; oiJ de; paraporeuovmenoi ejblasfhvmoun aujtovn ‘those who went along reviled him’ Mt 27.39.
o    blasfhmivaa ò yeudomarturivai, blasfhmivai false witness, reviling’ Mt 15.19. One way in which blasfhmevw and blasfhmivaa  were used in speaking of ‘defaming God’ was by claiming some kind of equality with God. Any such statement was regarded by the Jews of biblical times as being harmful and injurious to the nature of God.
·         blasfhmivab, a" f: (derivative of blasfhmevw ‘to blaspheme,’ 33.400) the content of a defamation - ‘serious insult, blasphemy.’ tiv" ejstin ou|to" o}" lalei` blasfhmiva"É ‘who is this who speaks blasphemies?’ Lk 5.21.
·         blavsfhmo", on: (derivative of blasfhmevw ‘to blaspheme,’ 33.400) pertaining to being insulting and slanderous - ‘insulting, slanderous, blasphemous.’ ouj fevrousin katÆ aujtw`n para; kurivou blavsfhmon krivsin ‘they do not bring against them slanderous condemnation in the presence of the Lord’ 2 Pe 2.11; ajkhkovamen aujtou` lalou`nto" rJhvmata blavsfhma eij" Mwu>sh`n kai; to;n qeovn ‘we have heard him speak blasphemous words against Moses and God’ Ac 6.11.
·         blavsfhmo", ou m: (derivative of blasfhmevw ‘to defame,’ 33.400) a person who defames someone or something - ‘defamer, blasphemer.’ to; provteron o[nta blavsfhmon kai; diwvkthn ‘formerly being a defamer and persecutor’ 1 Tm 1.13. In a number of languages, however, it may be much better to employ verbs as a means of indicating more precisely the object of such activities in 1 Tm 1.13, for example, ‘formerly I defamed him and persecuted him.’[1]

Kesimpulan
Menghujat       : mencaci maki, mencerca, memfitnah, mengutuk, menghina, mencemooh.
Menghujat Roh Kudus berarti mencaci maki, mencerca, memfitnah, mengutuk, menghina, mencemooh Roh Kudus.



Bentuk waktu (tenses) dari kata “menghujat” dalam Mrk. 3:29
            Blasfhmhswsin = Present Subjuctive Active[2]

Past
Present
Future

.
(sekali terjadi sekarang)

______________
(terus menerus terjadi sekarang)

. . . . . . . .
(berulang kali terjadi sekarang)


Contoh            :

Saya mengangkat buku

.           mengangkat buku sekali lalu meletakkannya
_____  mengangkat buku lalu menahan tetap terangkat
. . . .     berulang kali mengangkat buku lalu meletakkannya


Menghujat Roh Kudus dalam Mrk. 3:29 merujuk pada makna present yang kedua, yaitu menghujat Roh Kudus terus menerus dalam hidupnya. Tidak pernah berhenti menghujat. Itulah sebabnya dosa ini disebut dosa kekal.
Dalam perikop 3:20-30 (Yesus dan Beelzebul) memang tidak disebutkan siapa yang menghujat Roh Kudus. Ay. 29 menyatakan “apabila seorang ...” menunjuk pada siapa saja, tidak menyebutkan secara khusus apakah yang dimaksud adalah ahli-ahli Taurat (ay. 22). Akan tetapi ada beberapa indikasi yang menunjukkan bahwa ahli-ahli Taurat tersebut yang dimaksud Yesus. Konteks perikop ini menyatakan bagaimana ahli-ahli Taurat ini terus menerus menyangkal dan menghujat Roh Kudus.
1.      “ahli-ahli Taurat yang datang dari Yerusalem.” Dalam beberapa pelayanannya, Yesus berhadapan dengan ahli-ahli Taurat yang menentang pekerjaan Allah melalui Yesus (2:7-8; 3:22; 7:1). Bahkan penderitaan dan kematianNya pun merupakan akibat langsung dari penolakan ahli-ahli Taurat (8:31).  Dapat disimpulkan bahwa ahli-ahli Taurat ini terus menerus menentang karya Allah yang dinyatakan melalui Yesus.
2.      ada inklusio (sandwich) hujatan ahli-ahli Taurat bahwa pelayanan pengusiran roh jahat bukanlah pekerjaan Roh Kudus. Hujatan bahwa Yesus dirasuk roh jahat (3:22); jawaban Yesus (3:23-29); Hujatan bahwa Yesus dirasuk roh jahat (3:30). Inklusio ini semakin menegaskan bahwa ahli-ahli Taurat menyangkal dengan kuat kuat pelayanan pengusiran Setan adalah karya Roh Kudus.
Ketika menyelidiki lebih jauh mengenai kehidupan ahli-ahli Taurat ini, secara khusus dalam Markus 7:1-23, maka jelas bahwa persoalan utama mereka adalah hati yang jauh dari Tuhan (7:6). Penyangkalan mereka mengenai pekerjaan Roh Kudus bersumber dari hati mereka yang jauh dari Tuhan. Bahkan kehidupan mereka penuh dengan kenajisan karena hati mereka jauh dari Tuhan (7:17-23).
Hati yang jauh dari Tuhan hanya dapat diubah melalui karya Allah sendiri. Allah yang berkuasa memberikan hati yang baru itu (Yeh. 36:26-32).  Hati yang baru itu diterima melalui pengorbanan Kristus di kayu salib dan setiap yang percaya kepadaNya menerima hati yang baru dan tidak lagi jauh dari Tuhan (Kol. 1:20-23). 

Kesimpulan
            Tensa dari kata “menghujat” dan konteks perikop ini menyatakan bahwa dosa yang tak terampuni adalah ketika kita terus menerus menghujat Roh Kudus. Dosa yang tak terampuni bukan tindakan sekali dua kali tetapi tindakan yang terus menerus dalam kehidupan, tidak ada pertobatan dan tidak ada perubahan bahkan semakin memburuk.
            Hidup yang menghujat Roh Kudus bersumber dari hati yang jauh dari Tuhan.  Hati yang jauh dari Tuhan ini dapat diubah menjadi hati yang baru dengan menerima anugrah Allah melalui pengorbanan Kristus di kayu salib.  Orang yang percaya kepada Kristus memiliki hati yang baru, hati yang dekat kepada Allah, hati yang dipimpin oleh Roh Kudus. Hidup orang percaya bukan menghujat Roh Kudus, tetapi mengalami pembaharuan oleh Roh Kudus.
             
Mengapa menghujat Anak Manusia diampuni sedangkan menghujat Roh Kudus tidak (Mat. 12:31-32; Luk. 12:10)?
            Ayat-ayat ini tidak dapat dilihat sebagai penyataan bahwa Yesus bukanlah Allah atau Yesus lebih rendah dari Roh Kudus. Pemahaman ayat-ayat ini tidak lepas dari pemahaman penggunaan istilah “Anak Manusia” oleh Yesus.
            Istilah “Anak Manusia” sangat lekat dengan panggilan Mesianik Yesus. Sebagai Mesias Yesus mempunyai tugas untuk menanggung penderitaan dan mati karena dosa manusia.  Dalam menjalani panggilan MesianikNya, Yesus memang akan mengalami banyak penghinaan, bantahan, perlawanan dan hujatan dari musuh-musuhNya.
            Dalam kitab Matius, paling tidak empat kali dicatat Yesus memberitahukan kepada murid-muridNya bahwa Ia akan menanggung banyak penderitaan dari tua-tua, imam-imam dan ahli-ahli Taurat (16:21; 17:22-23; 20:18-19; 26:2). Tiga kali di antaranya Yesus menggunakan istilah “Anak Manusia.”
            Roh Kudus diutus bukanlah untuk dihujat, dihina atau dicaci maki.  Roh Kudus datang untuk menyatakan kuasa Allah, menginsafkan manusia akan dosa, menuntun manusia ke dalam seluruh kebenaran (Yoh. 16:8, 13; Kis. 8).  Karena itu, jika seorang menghujat Roh Kudus berarti menolak karya Allah di dalam hidup mereka.

Komentar Para Tokoh Kristen mengenai ayat-ayat ini

Billy Graham
            “Semua dosa manusia terhadap Roh Kudus tak ada yang lebih buruk daripada dosa menghujat Dia. Alasannya jelas sekali: Dosa itu tak dapat diampuni. Semua dosa lain terhadap Roh Kudus dapat saja dilakukan oleh orang percaya. Kita dapat bertobat daripadanya, diampuni, dan mulai lagi secara baru. Tidak demikian dengan menghujat Roh Kudus. Dosa ini diperbuat oleh orang-orang yang tidak percaya dan sering disebut "dosa yang tidak dapat diampuni". Dosa ini dilakukan oleh musuh Yesus ketika mereka menuduh Dia membuang setan dengan kuasa setan setelah dengan jelas Ia menjelaskan bahwa Ia mengusir setan dengan kuasa dari Roh Allah.
Bagi saya, tak ada seorang pun yang telah melakukan dosa ini yang masih diganggu, diyakinkan, dan ditarik terus oleh kuasa Roh Kudus. Selama Roh masih bergumul dengan seseorang ia belum melakukan dosa yang tak dapat diampuni ini. Tetapi bila seseorang itu telah melawan Roh Kudus sehingga Ia tidak lagi bergumul dengannya, maka orang itu berada dalam bahaya kekal. Dengan kata lain, dosa yang tak dapat diampuni menyangkut penolakan kepada Yesus Kristus yang tak dapat ditarik kembali.”

RC Sproul
1.      Penghujatan terhadap Roh Kudus tidak sama dengan pembunuhan dan perzinahan.
2.      Penghujatan merupakan penyerangan secara langsung terhadap Allah dengan memakai perkataan, baik secara lisan atau tulisan.
3.      Peringatan Kristus adalah berkenaan dengan menyamakan pekerjaan Allah Roh Kudus dengan Setan.
4.      Yesus berdoa memohon pengampunan untuk orang yang telah menghujat-Nya oleh karena mereka tidak tahu siapa Dia sebenarnya.
5.      Orang-orang Kristen tidak akan pernah melakukan dosa ini, oleh karena anugerah Allah yang memelihara dan menjaga mereka.



[1]Louw, Johannes P. and Nida, Eugene A., Greek-English Lexicon of the New Testament based on Semantic Domains, (New York: United Bible Societies) 1988, 1989.
[2]Daniel B. Wallace, Greek Grammar: Beyond the Basics (Grand Rapids: Zondervan, 1996) 443-448, 461-463, 514-525. 

Support Blog

Support blog ini dengan subscribe Channel Youtube Victor Sumua Sanga dengan klik tombol di bawah: