HARAPAN BAGI YANG MERANA (Lukas 2:8-20)

      
"O Holy Night"

O Holy night, the stars are brightly shining
It is the night of our dear Savior's birth
Long lay the world in sin and error pining
'Til He appeared and the soul felt its worth
A thrill of hope the weary world rejoices
For yonder breaks a new and glorious morn

Fall on your knees

O hear the angel voices
O night divine!
O night when Christ was born
O night divine!
O night, O night divine!

O Holy Night adalah salah satu lagu natal terkenal. Musik ini digubah oleh Adolphe Adam, seorang komposer Perancis pada tahun 1847 dari lirik puisi "Minuit, chrétiens" (Minu-it Kri-tian) yang ditulis oleh Placide Cappeau (Plah-SEED kah-POH). Pada tahun 1855 diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh John Sullivan Dwight, dengan judul O Holy Night.  
Pada 24 December 1906, salah satu momen bersejarah bagi lagu ini. Pada malam natal tahun 1906 ini, untuk pertama kalinya sebuah cerita dibacakan melalui radio, itulah cerita tentang kelahiran Yesus dalam Lukas 2. Dan sebuah lagu untuk pertama kalinya dipancarkan melalui radio mengiringi kisah itu, yaitu lagu “O Holy Night”  
            Jadi lagu O Holy Night dan Lukas 2 punya kedekatan emosional karena sama-sama pertama kali sebagai kisah dan lagu yang dipancarkan di radio. Selain itu, kedekatan lainnya juga terlihat dari kesamaan pesan dari kisah dan lagu ini.
            Dalam lagu “O Holy Night” dinyatakan bahwa kelahiran Yesus membawa kelegaan pada dunia yang merana oleh dosa dan kesalahan (Long lay the world in sin and error pining 'Til He appeared and the soul felt its worth). Ada sukacita karena sebuah pengharapan bahwa dunia yang lelah akan beristirahat pada pagi baru dan mulia (A thrill of hope the weary world rejoices For yonder breaks a new and glorious morn)
            Lagu “O Holy Night” menyatakan bahwa ada kelegaan dan sukacita yang dialami oleh dunia yang merana dan lelah.

Siapakah DUNIA YANG MERANA DAN LELAH pada bagian bacaan kita?

            Dalam bacaan kita, tokoh yang merana dan lelah itu adalah para gembala (ay.8-9). Pada Era PL, gembala merupakan profesi dihargai namun pada masa PB, profesi gembala pada masa ini bukanlah profesi yang baik. Gembala yang dimaksud di sini adalah gembala upahan yang ditugaskan menjaga domba tuannya. Ada diantara gembala upahan ini yang suka mencuri milik tuannya. Mereka juga sering meninggalkan domba jika ada binatang buas. Image buruk ini sudah melekat pada profesi ini. Sehingga meskipun ada diantara mereka yang mau belajar bertanggung jawab dan baik, namun karena profesi ini sudah punya image buruk maka semuanya menjadi buruk.
Meski mereka dipekerjakan namun digurigai. Ada karakter yang dilekatkan atau dilabeli pada mereka, yaitu orang yang tidak dapat dipercaya, tidak kompeten, kotor/tidak kudus. Mereka adalah orang direndahkan di masyarakat pada saat itu, mereka disetarakan dengan pemungut cukai, pelacur dan orang-orang berdosa.
            Dalam salah satu hukum lisan Yahudi, Misnah, menyatakan bahwa tidak seorang pun perlu merasa wajib menolong seorang gembala yang jatuh ke dalam sumur. Seorang teolog bernama Joachim Jeremias menulis bahwa gembala pada masa itu hak sipilnya dirampas. Gembala tidak boleh bersaksi dan dipilih menjadi saksi di pengadilan. Ada larangan membeli wool-dari bulu domba, susu ataupun anak domba dari para gembala karena itu dianggap barang curian.
            Dalam ritual keagamaan, mereka dianggap najis/tidak kudus karena mereka berprofesi sebagai gembala. Profesi mereka dianggap selalu bersentuhan dengan bangkai binatang atau kotoran. Mereka juga dianggap najis karena mereka bersentuhan dengan hewan-hewan najis (spiders, flies, bugs, rats and mice) – orang Yahudi membedakan ada binatang najis dan tidak najis (belut, lele – binatang najis).

Pertanyaan penting adalah mengapa berita kelahiran Mesias dan penampakan malaikat dinyatakan kepada para gembala yang punya stigma demikian? Kenapa bukan kepada para raja atau para imam? Siapa mereka sehingga mereka menjadi saksi mata kemuliaan Allah dan menerima berita kelahiran raja Agung?

Ay 10-14 menunjukkan bahwa kepada gembala diberitakan kesukaan besar bagi segala bangsa. Mereka menjadi agen pembawa berita kesukaan besar kepada seluruh bangsa (ay.10). Berita itu adalah berita agung tentang kelahiran Mesias/Kristus, Tuhan, yang sudah lama ditunggu-tunggu, yang sudah lama dinubuatkan oleh para nabi (ay.11).

Peristiwa penampakan malaikat Allah kepada para gembala menunjukkan paling tidak dua hal:
1.      Allah peduli dengan kehidupan para gembala. Kaca mata Tuhan beda dengan kaca mata masyarakat pada saat itu. Allah melihat jauh ke dalam hati para gembala. Mereka merasa terbuang dari masyarakat. Mereka letih dengan stigma negatif yang dilekatkan pada diri mereka. Mereka ingin datang kepada Tuhan tetapi komunitas religius menolak mereka karena dianggap najis. Allah melihat betapa merana dan lelahnya mereka karena dosa kesalahan mereka. Mereka sulit sekali untuk bangkit karena tidak ada kesempatan dan dukungan bagi mereka bahkan oleh pelayan bait suci.
2.      Allah memberi harapan perubahan. Jika masyarakat sekitar sudah memberikan cap tidak bertanggung jawab, pencuri dan tak bisa dipercaya, maka Allah selalu memberikan kesempatan berubah. Allah mempercayakan kepada mereka berita kesukaan bagi segala bangsa. Ay. 17-20 menyatakan bahwa para gembala bersaksi tentang apa yang mereka lihat dan orang takjub akan kesaksian mereka. Ada sukacita karena Allah peduli dan memberi kesempatan bagi mereka.

Siapakah DUNIA YANG MERANA DAN LELAH masa kini?

·         Salah satu yang lelah dan merana adalah seorang berinisial NF (15 tahun), ia salah satu dari sekian remaja yang ditangkap satpol PP karena mengisap lem (ngelem) di Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur 24 November 2014. Menurut NF, dirinya mengisap aroma lem untuk menghilangkan stres karena ayah kandungnya sering memarahinya. Tak hanya itu, sang ayah yang seharusnya menjadi pelindung bagi keluarga justru menyumpahinya dengan sebutan anak pembawa sial.
·         Seorang yang merana dan lelah lainnya adalah siswi RS (15) di Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan, mengakhiri hidup dengan cara gantung diri. Keluarga yakin RS nekat mengkahiri hidup karena sakit hati setelah putus dari pacarnya. Rencana ingin bunuh diri pun sudah disampaikan RS ke bibinya dua hari sebelum ditemukan tewas menggantung. “Dua hari lalu ia bilang akan bunuh diri lantaran sudah tidak sanggup lagi hidup setelah putus dari pacar,” ujar Santi, bibi RS, di rumah duka, Selasa (14/10/2014). RS merupakan anak kedua dari sembilan bersaudara. Selama ini, ia dan saudaranya tinggal dengan sang nenek, karena kedua orangtuanya merantau di Pulau Kalimantan.
Siapakah DUNIA YANG MERANA DAN LELAH masa kini? Salah satunya adalah remaja.

Remaja lelah dan merana karena terabaikan oleh orangtua, orangtua tidak dapat menjadi sahabat melainkan seperti musuh yang selalu mencurigai dan tidak bisa mempercayai anaknya bahkan tidak jarang mengalami kekerasan fisik.

Remaja merana dan lelah dengan kesulitan hidup keluarga, penghasilan orangtua yang pas-pasan bahkan kurang, anggota keluarga yang menderita kesakitan berbulan bahkan bertahun-tahun, orangtua yang konflik dan berpisah. Mereka merana dan lelah karena terbelenggu kemiskinan dan sakit penyakit.

Remaja merana dan lelah karena merasa minder dengan kelemahannya, merasa sulit diterima oleh orang lain karena kekurangan yang dimilikinya. Kurang cantik, kurang pintar, kurang kaya, kurang berbakat, dll. Bahkan kelemahan dan kekurangannya itu kadang menjadi bahan tertawaan atau lelucon teman-temannya.

Remaja merana dan lelah karena jatuh dalam dosa. Dosa itu membelenggunya dan membuatnya tidak berdaya. Merasa diri kotor dan terbuang dari jauh dari komunitas orang-orang saleh di gereja.

Berita Natal pada saat ini adalah:
1.      Allah peduli dengan remaja yang merana dan lelah. Kelahiran Yesus ke dalam dunia, bukan untuk mencari oleh benar, yang baik, yang hidupnya ok, tidak mengalami kendala apapun. Ia datang untuk mencari yang merana dan lelah untuk memberinya ketenangan jiwa. Yesus lahir untuk mencari orang yang berdosa untuk diselamatkan.
2.      Allah memberikan pengharapan untuk berubah. Setiap kita dipercayakan berita KESUKAAN BESAR BAGI SEGALA BANGSA. Remaja dipercayakan membawa berita perubahan hidup, sehingga orang yang melihatnya melihat Kristus dalam hidup remaja. Natal adalah sebuah kesempatan untuk memperbaiki diri: belajar beriman, belajar melayani, belajar bertanggung jawab, belajar bergantung pada Allah bukan pada diri sendiri.



LIKE FATHER LIKE SON (Kejadian 1:26-27)


http://www.webweaver.nu/clipart/
img/holidays/fathers-day/dads-day.jpg
Ada sebuah kisah menarik perjumpaan dua orang ayah dan anak yang telah terpisah 37 tahun. Nama ayah itu adalah Claiborne Hamilton (53) dan anaknya Chris Walker (37). Cerita perpisahan mereka cukup panjang. Tetapi yang pasti sang ayah, Claiborne Hamilton tahu bahwa ia mempunyai seorang anak tetapi tidak tahu dimana keberadaannya saat itu. Demikian juga Chris Walker pernah diberitahu ibunya bahwa nama ayah kandungnya adalah Clay Hamilton. Jadi ada perbedaan nama sang ayah, ini salah satu penyebab mereka Chris sulit menemukan ayahnya.

Pertemuan mereka diawali ketika sang ayah pensiun dari kepolisian di suatu wilayah dan diundang rekannya untuk membantu kepolisian di wilayah Petersburg, Virginia. Di kepolisian wilayah inilah sang anak, Chris, bekerja. Dalam beberapa kali interaksi sang anak menduga bahwa Clay adalah ayahnya dan kemudian setelah beberapa konfirmasi, akhirnya terungkap bahwa mereka benar-benar ayah dan anak.

John Dixon, atasan mereka, menyatakan bahwa wajah mereka mirip satu dengan yang lain, mempunyai beberapa kesamaan perilaku, bahwa suaranya serupa, mereka juga orang yang baik dan sama-sama polisi yang bertanggung jawab.

Ketika ayah dan anak ini lebih mengenal satu dengan yang lain, terungkap bahwa mereka sama-sama suka makanan pedas. Dan yang terpenting mereka memiliki jalan hidup yang sama, yaitu setelah lulus sekolah, mereka bergabung di dengan militer dan memilih berkarir sebagai polisi.

Itulah kisah tentang ayah dan anak yang memiliki kesamaan/kemiripan meski mereka tidak pernah ketemu selama 37 tahun. Tema like father like son cocok untuk mereka.

Bagian firman Tuhan yang kita baca hari ini juga menyatakan tentang kemiripan/keserupaan antara bapa dan anak.

Penjelasan: Scene 1
Dalam Kejadian 1:26-27 dinyatakan “Berfirmanlah Allah: Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi. Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka.”
                Firman ini menyatakan bahwa manusia yang diciptakan Allah, serupa/segambar dengan Allah sendiri.    Karena itulah Allah juga kita sebut Bapa kita, karena kita berasal dari Allah dan kita diciptakan serupa dengan Allah. Karena itu juga tema kita, like father like son. Son berasal dari father dan son serupa dengan father.
                Ini juga berlaku untuk kaum perempuan. Bukan hanya laki-laki yang diciptakan serupa dengan Allah tetapi juga perempuan. Di ayat 27 dinyatakan bahwa laki-laki dan perempuan diciptakan menurut gambar Allah.
Apa keserupaan kita dengan Allah? Atau apa yang dimaksud dengan segambar dan serupa dengan Allah? Kita memiliki roh yang memampukan kita berelasi dan berkomunikasi dengan Allah.
-          Kita mewarisi beberapa sifat Allah, diantaranya: kasih, adil, baik dan lain-lain. Sehingga kita bisa mengasihi Allah dan sesama; kita bisa berlaku adil; kita mampu melakukan apa yang baik.
-          Kita mewarisi akal budi yang mampu memikirkan dan menimbang mana yang benar dan mana yang salah di mata Allah. Akal budi ini yang membedakan manusia dengan ciptaan lainnya.
-          Kita mewarisi kuasa untuk mengelola dan menjaga alam semesta untuk kepentingan manusia dan kemuliaan Allah.

Secara sederhana, keserupaan dengan Allah berpengaruh dalam tiga aspek kehidupan kita. Pertama, relasi dengan Tuhan: karena kita memiliki roh dan akal budi; Kedua, relasi dengan sesama: karena kita mawarisi sifat-sifat Allah; Ketiga, relasi dengan alam semesta: karena kita diberi tugas untuk mengelola dan menjaga alam semesta.

Penjelasan: Scene 2

Akan tetapi sesuatu berubah ketika manusia pertama Adam dan Hawa berdosa. Keserupaan dengan Allah menjadi cacat. Gambar Allah dalam diri manusia menjadi rusak. Semua keturunan Adam dan Hawa memiliki gambar Allah yang rusak. Kerusakan ini juga mempengaruhi ketiga aspek kehidupan manusia. Relasi manusia dengan Allah, sesama dan alam semesta menjadi rusak. Manusia tidak lagi mengasihi dan menghormati Allah, mereka malas beribadah dan tidak taat kepada Allah; Relasi antar manusia pun menjadi rusak, manusia bermusuhan, egois, saling mendustai bahkan saling membunuh; Alam semesta tidak lagi dipelihara oleh manusia, manusia merusak lingkungan, sampah bertebaran, hutan menjadi gundul.  

Memang tema like father like son juga nampak dalam kejatuhan manusia, tetapi yang berganti adalah father. Kalau sebelumnya Bapa manusia adalah Allah, berganti menjadi Iblis. Dalam Yoh 8:44, “Iblislah yang menjadi bapamu dan kamu ingin melakukan keinginan-keinginan bapamu. Ia adalah pembunuh manusia sejak semula dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran. Apabila ia berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya sendiri, sebab ia adalah pendusta dan bapa segala dusta.”

Penjelasan: Scene 3
               
Dalam keadaan manusia terpuruk itu, Allah berkarya untuk memulihkan gambar-Nya yang rusak dalam diri manusia. Manusia yang lebih serupa dengan Iblis, dipulihkan Allah sehingga kembali menjadi serupa dengan Allah.

Apa yang Allah lakukan supaya manusia kembali menjadi serupa dengan-Nya? Ia mengutus Yesus Kristus untuk menyelamatkan manusia dari dosa yang telah merusak gambar Allah dalam diri mereka. Kepada orang yang percaya kepada Yesus, Allah memberikan Roh Kudus untuk memimpin hidupnya menjadi sehingga layak disebut anak-anak Allah, seperti yang tercatat dalam Roma 8:14-15, “Semua orang, yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah. Sebab kamu tidak menerima roh perbudakan yang membuat kamu menjadi takut lagi, tetapi kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru: "ya Abba, ya Bapa!"
                Melalui karya Kristus dan Roh Kudus, kita dibawa kembali menjadi serupa denga Allah, Bapa kita. Son menjadi kembali serupa dengan father yang semula. Like father like Son..

Aplikasi
Salah satu tema hidup manusia adalah Like Father Like Son. Tetapi yang menjadi perbedaan adalah who is the father? Iblis atau Allah? jika iblis adalah bapamu maka hidupmu terus dalam dosa, melawan Allah, memberontak terhadap orangtua, berbohong, mencuri, hidup dalam percabulan. Tetapi jika Allah adalah Bapamu, maka kehidupanmu tentu meniru Bapamu yang mengasihi, menjauhi dosa dan hidup sesuai firman 

Ingat! Like father like son. Satu pertanyaan untuk direnungkan adalah Who is your father? Allah atau Iblis?

Download powerpoint Disini

KEMERDEKAAN KRISTEN (Galatia 5:1-15)

Pendahuluan
            Salam sejahtera bagi kita sekalian. Pertama-tama saya ucapkan selamat memperingati hari kemerdekaan yang ke-69 Tahun. Suasana peringatan kemerdekaan saat ini sangat jauh berbeda dengan 2 atau 3 tahun pertama pasca proklamasi.
            Kalau dewasa ini penekanan peringatan hari kemerdekaan adalah bagaimana mengisi kemerdekaan dengan baik melalui dengan pembangunan fisik dan mental bangsa. Pada tahun-tahun awal peringatan kemerdekaan, penekanannya pada bagaimana mempertahankan kemerdekaan yang sudah diproklamirkan.
http://v-images2.antarafoto.com/g-co/1281583511/
proklamasi-kemerdekaan-ri-11.jpg
Jika kita kembali melihat sejarah bangsa kita, setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945, Belanda berusaha kembali menjajah Indonesia. Pada bulan Juli 1947, Belanda melancarkan Agresi Militer Pertama dan pada bulan Desember 1948 terjadi Agresi Militer kedua.
            Pada peringatan HUT Kemerdekaan yang ketiga, tepatnya 17 Agustus 1948. Presiden Soekarno berpidato di Yogyakarta. Dalam satu bagian pidato itu, beliau mengatakan “Kalau kemerdekaan kita dilanggar, kita melawan mati-matian, dan kita pertahankan kemerdekaan kita itu segala sekali lagi: segala: -djalan dan usaha jang boleh kita lakukan dan jang dapan kita lakukan: gerilja, bumi hangus, sabotage, boikot, pemogokan, ja, apa lagi itulah memang haknja sesuatu bangsa untuk mempertahankan kemerdekaan kalau diserang!”
            Pidato bung Karno membakar semangat perjuangan para pahlawan. Semangat perjuangan menunjukkan bahwa bangsa Indonesia tidak ingin dijajah lagi. Para pahlawan menyadari arti perbudakan dan penjajahan, karena itu mereka mati-matian berjuang mempertahankan kemerdekaan itu. Pada masa inilah semboyan, “sekali merdeka tetap merdeka” sangat masif disuarakan.
            Sebenarnya kita sebagai orang Kristen mempunyai satu kemerdekaan lagi yaitu kemerdekaan Kristiani. Kalau kemerdekaan sebagai bangsa Indonesia membawa kita kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia, maka kemerdekaan Kristiani membawa kita menjadi bagian dari pewaris Kerajaan Allah.
            Kalau kemerdekaan kita sebagai bangsa Indonesia menuntut kita untuk mempertahankan dan mengisi kemerdekaan dengan baik, demikian pula dengan Kemerdekaan Kristiani. Kemerdekaan Kristiani menuntut kita untuk mempertahankan dan mengisinya dengan kebaikan.
Kebenaran inilah yang kita pelajari dari Galatia 5:1-15.

Apakah yang merongrong kemerdekaan kita sebagai orang Kristen, sehingga kita harus mempertahankannya?

Gal. 5:1 menyatakan, “supaya kita sungguh-sungguh merdeka, Kristus telah memerdekakan kita. Karena itu berdirilah teguh dan jangan mau lagi dikenakan kuk perhambaan.” Ayat ini menyatakan bahwa kita sudah merdeka. Tetapi merdeka dari apa? Paulus menggambarkan kemerdekaan kita lebih jelas pada Roma 8:1-2, “Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus. Roh, yang memberi hidup telah memerdekakan kamu dalam Kristus dari hukum dosa dan hukum maut.” Ayat ini menyatakan bahwa Kristus telah memerdekakan kita dari penghukuman karena dosa kita. Kita tidak akan dikuasai oleh maut lagi tetapi beroleh hidup. Dan Yohanes 3:16 menyatakan bahwa, barang siapa yang percaya kepada Yesus tidak binasa melainkan beroleh hidup yang kekal. dalam surat Galatia, khususnya pasal 4-5, memiliki Hidup yang kekal sama dengan mewarisi Kerajaan Allah.
            Jadi, orang Kristen telah merdeka dari penghukuman karena dosa, dan karena itu orang Kristen tidak akan binasa melainkan beroleh hidup yang kekal sebagai pewaris Kerajaan Allah.
            Ada pihak yang berusaha merongrong kemerdekaan itu. Dalam Galatia 2:4, Paulus menuliskan, “memang ada desakan dari saudara-saudara palsu [jadi bukan saudara yang asli] yang menyusup masuk, yaitu mereka yang menyelundup ke dalam [ke dalam persekutuan] untuk menghadang kebebasan [atau kemerdekaan] kita yang kita miliki di dalam Kristus Yesus, supaya dengan jalan itu mereka dapat memperhambakan kita.”
            Saudara palsu ini menyatakan bahwa orang Kristen belum merdeka. Iman kepada Kristus tidak cukup untuk memerdekakan tetapi juga harus taat kepada taurat Tuhan. Saudara Palsu ini mengajarkan bahwa untuk merdeka atau untuk bebas dari hukuman atau untuk selamat, syaratnya: iman plus taat pada taurat - Sekali lagi - Saudara Palsu ini mengajarkan bahwa untuk merdeka atau untuk bebas dari hukuman atau untuk selamat, syaratnya: iman plus taat pada taurat.
            Galatia 5:2-12 menggambarkan salah satu perintah taurat yang mendapatkan penekanan oleh saudara palsu ini adalah perintah sunat. Saudara Palsu menyatakan bahwa melakukan sunat adalah syarat untuk beroleh kemerdekaan.
            Ajaran saudara palsu ini membuat suasana kemerdekaan yang dimiliki orang Kristen menjadi terusik. Timbul kegelisahan dalam jemaat: Jemaat merasa belum merdeka dan kembali berada dibawah bayang-bayang penghukuman Allah. Jemaat merasa belum pasti selamat, belum pasti beroleh hidup yang kekal, belum pasti menghuni Kerajaan Allah.
            Paulus menyadari rongrongan ini, karena itu ia menulis surat Galatia. Paulus mengingatkan bahwa pengajaran saudara palsu ini bertentangan dengan firman Tuhan. Galatia 2:16 menggariskan dengan jelas, “Kamu tahu, bahwa tidak seorang pun dibenarkan karena melakukan hukum Taurat, tetapi hanya oleh karena iman dalam Kristus Yesus.” Efesus 2:8-9, “sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah. Itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri.”

Refleksi
Apakah sebagai orang Kristen kita merasakan kemerdekaan atau masih dalam ketakutan bayang-bayang maut? Seorang yang berada dibawah perhambaan maut belum mengalami kemerdekaan Kristiani.
            Seorang yang masih berada dibawah perhambaan maut berusaha mencari pembenaran melalui berbagai macam cara. Ada yang mencari pembenaran melalui sakramen: Sakramen Baptisan dan Perjamuan Kudus. Mereka mengikuti sakramen ini dengan harapan dimerdekakan oleh ritual sakramen itu. Merasa dosa baru dihapuskan ketika makan roti dan minum anggur perjamuan. Karena itu tidak jarang ada orang yang hanya datang gereja ketika ada perjamuan. Ini pemahaman yang keliru. Seorang Kristen dengan pemahaman ini masih hidup dibawah perhambaan dosa dan maut.
            Ada juga yang mengusahakan kemerdekaannya dengan aktif melayani, pikirnya: pelayanan yang banyak membuat dosanya yang banyak diampuni dan akhirnya diselamatkan. Orang yang mempunyai pemahaman seperti ini tidak jarang berusaha menerima pelayanan sebanyak mungkin. Ini pemahaman yang keliru juga. Seorang Kristen yang mempunyai pemahaman demikian masih dalam dalam bayang-bayang maut.
            Ada juga pemahaman yang menyatakan untuk selamat harus beriman dan berbuat baik. Iman kepada Kristus tidak cukup menyelamatkan sehingga harus ditambahkan dengan perbuatan baik. Orang yang mempunyai pemahaman demikian berusaha sebisa mungkin berbuat baik dengan motivasi supaya Allah memperhitungkan itu dan menyelamatkannya dari penghukuman.
            Sekali lagi kita diingatkan bahwa Kemerdekaan hanya diperoleh melalui iman kepada Kristus. Dengan hanya percaya bahwa Kristus telah mati menebus dosa kita CUKUP untuk memerdekakan kita. Iman dan hanya iman kepada KRistus itulah yang menyelamatkan.
            Galatia 2:16; Efesus 2:8-9; Yoh. 3:16; Titus 3:5. Jelas menegaskan bahwa kemerdekaan atau keselamatan kita terima hanya karena percaya/iman kepada Kristus dan bukan karena berbuat baik, ikut pelayanan, rajin ke gereja, ikuti sakramen. HANYA Karena IMAN Kepada Kristus.


Ada orang yang bertanya, “kalau kita diselamatkan hanya oleh iman, untuk apa kita berbuat baik? Atau mengapa kita diperintahkan berbuat baik?”      

Pertanyaan ini menghantar kita pada rongrongan yang kedua bagi kemerdekaan Kristiani, yaitu rongrongan libertinitas. Kalau rongrongan yang pertama tadi disebut rongrongan legalitas karena menuntut ketaatan pada taurat, yang kedua rongrongan libertinitas. Kalau kita ingin pakai istilah agresi: agresi pertama adalah agresi legalitas, yang kedua agresi libertinitas.

Dalam Jemaat di Galatia juga menyebar paham yang kurang lebih mengajarkan bahwa karena kita sudah selamat, ya kita bebas berbuat apa saja. Perbuatan tersebut lebih cenderung pada perbuatan dosa daripada perbuatan yang benar.
Karena itu Paulus mengingatkan juga bahaya libertinitas di ayat 13-15. Di ayat 13 dinyatakan, “saudara-saudara, memang kamu telah dipanggil untuk merdeka. Tetapi janganlah kamu mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa, melainkan layanilah seorang akan yang lain dalam kasih.”
Sebenarnya peringatan tentang bahaya libertinitas masih berlanjut dua perikop selanjutnya. Gal. 5:16-26 menunjukkan bahwa orang Merdeka dipanggil hidup menurut Roh, bukan menuruti keinginan daging. Gal. 6:9-10 menyimpulkan, “janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya kita akan menuai jika kita tidak menjadi lemah. 10 karena itu selama masih ada kesempatan bagi kita marilah kita berbuat baik kepada semua orang tetapi terutama kepada kawan-kawan kita seiman.”
Dalam Galatia 5:21, Paulus mengingatkan jemaat bahwa penganut paham libertinitas tidak mendapat tempat dalam Kerajaan Allah. Seorang yang merdeka hidupnya dipenuhi Roh, sehingga menghasilkan buah Roh dalam kehidupannya.
Surat Yakobus kepada Jemaat di perantauan juga menyinggung tentang adanya paham libertinitas dalam jemaat. Yak. 2:14, “apa gunanya, saudara-saudara, jika seorang mengatakan, bahwa ia mempunyai iman, padahal ia tidak mempunyai perbuatan? Dapatkah iman itu menyelamatkan dia?” Kemudian di ayat 17 dikatakan, “jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati.” Jika kita keseluruhan perikop ini kita mendapat gambaran bahwa perbuatan adalah bukti dari iman. Perbuatan adalah bukti yang kelihatan dari iman yang tidak kelihatan.
·         Agresi Legalitas mengajarkan rumusan: IMAN + PERBUATAN BAIK = SELAMAT atau IMAN + KETAATAN = SELAMAT
·         Agresi Libertinitas mengajarkan rumusan IMAN = SELAMAT selesai. KETAATAN tidak punya kaitan apa-apa.
·         Tetapi Alkitab mengajarkan IMAN = SELAMAT + KETAATAN.
Hanya Iman kepada Yesus Kristus yang menyelamatkan, tetapi Iman yang sejati berbuah ketaatan kepada Allah.

Refleksi
Apakah Iman kita sejalan dengan ketaatan Kita? Kemerdekaan atau Keselamatan yang kita miliki harus diisi dengan ketaatan dan kebaikan. Ketaatan adalah bukti yang kelihatan dari iman yang tidak kelihatan. Apakah hidup kita taat atau tidak? Jika hidup kita dipenuhi dengan ketidaktaatan, maka sesungguhnya iman kita adalah iman yang mati.
            Kalau kita mencermati persoalan bangsa saat ini salah satu yang memberikan kontribusi dalam kemerosotan bangsa adalah orang Kristen yang mengabaikan ketaatan kepada Tuhan.
            Salah satu dari sekian pergumulan bangsa adalah kedisiplinan, loyalitas dan tanggung jawab PNS. Sangat sedih jika melihat bahwa orang Kristen yang PNS juga tidak punya disiplin, loyalitas dan tanggung jawab. Iman kita sejalan dengan kedisiplinan kita, sejalan dengan loyalitas kita, sejalan dengan tanggung jawab kita. Orang Kristen yang berprofesi sebagai PNS seharusnya disiplin, loyal dan bertanggung jawab.
            Selain itu, persoalan bangsa lainnya adalah merajalelanya korupsi. Banyak dari kasus korupsi yang terjadi bermuara pada pengusaha/kontraktor. Kontraktor atau pengusaha Kristen, imannya harus tertuang dalam integritasnya. Kejujuran dalam penyusunan anggaran proyek, bukan hanya itu hak dari para karyawan harus diberikan.
            Satu lagi bagian yang nampaknya kecil tapi pengaruh yang sangat besar, yaitu Gereja. Apakah bapak, ibu, saudara yakin bahwa gereja kita ini dan para pengurus yang ada, pada pelayanan, para petugas, para panitia yang ada di dalamnya disiplin, loyal dan bertanggung jawab mengerjakan mandat pelayanan dari Tuhan?    Apa ada keyakinan tidak ada korupsi di gereja kita? Kalau Gereja saja gembala jemaat tidak memberikan jaminan ketaatan dalam pelayanan, bagaimana kita bisa menjamin domba-dombanya akan taat?
Saya percaya Iman yang ada di dalam diri kita saat ini bergejolak ketika ketaatan sudah disuarakan. Saya percaya kita yang mempunyai iman yang hidup akan berjuang memperbaiki diri, gereja kita, lingkungan pekerjaan kita. Kiranya Kristus menolong kita mewujudkan ketaatan itu karena kita adalah orang-orang yang sudah merdeka. Amin.

Materialisme, Matre ??? No way !!! (Matius 6:19-21)

            Teman-teman, apa yang dimaksud dengan materialisme di sini? Atau bahasa gaulnya matre?  Materialisme pada bagian ini adalah suatu paham yang menganggap materi (uang, harta, benda-benda tertentu) adalah segala-galanya. Materi adalah yang terutama dan paling penting dicari dan dimiliki oleh seseorang. Materi adalah sesuatu yang bisa menjamin kehidupannya. Kebanggaan dirinya ditentukan dari materi yang ia miliki.
Karena itu orang yang matre tergila-gila pada materi (uang, benda-benda tertentu). Ada keinginan yang tak terkendali untuk mengumpulkan atau memiliki materi. Keinginan ini membuatnya menjadi egois dan tidak peduli kepada orang lain.

Salah satunya adalah Imelda Marcos. Imelda Marcos adalah isteri dari salah satu Presiden Filipina, Ferdinand Marcos. Koleksi sepatu Imelda menjadi salah satu simbol kemewahan selama 20 tahun Marcos memerintah. Sekitar 3.000 pasang sepatu ditemukan di kediaman kepresidenan Malancang setelah diktaktor Filipina dan istrinya itu terbang ke AS karena diasingkan tahun 1986. Setelah lengser dari jabatannya, Marcos dan Imelda diadili dengan dakwaan korupsi. Versi PBB,  Marcos mencuri aset negara US$ 5-10 miliar.
Ketika terjadi serangan badai Ketsana Sabtu (26/9/2009) lalu museum tempat menyimpan sepatu ini terkena banjir dan banyak sepatu tersebut yang rusak.  Sia-sia dan rusaklah koleksi itu.
Bukan tidak boleh memiliki lebih dari satu sepatu, tetapi apa perlu 3000 pasang sepatu. Karena setahun 365 hari, berarti sepasang sepatunya mungkin saja tidak terpakai selama 8 tahun. Waw... menyedihkannya karena keluarga Marcos adalah pemerintah yang korup. Uang pembelian sepatu berasal dari uang korup. Ia memiliki 3000 pasang sepatu sementara banyak penduduk Filipina yang hidup miskin.

Teman-teman, Alkitab mengecam orang yang matre. Bagian yang kita baca mengatakan:

1. Jangan kumpulkan harta di bumi
Perkataan ini sama sekali tidak berarti kita tidak boleh memiliki barang-barang pribadi, tidak boleh menabung atau investasi, dll. Larangan ini merupakan larangan mengumpulkan harta secara egoistis; kehidupan yang kelewat berlebihan dan mewah; hati yang membatu terhadap penderitaan umat manusia di bumi, tidak iba kepada tetangga yang serba kekurangan, menganggap hidupnya bergantung pada kekayaannya yang berlimpah-limpah di dunia. (Luk. 12:15)
Mengumpulkan harta yang dimaksud bukanlah si Bijak yang ingin menghemat untuk masa depan, melainkan si Tamak (orang kikir) yang ingin menimbun dan sang materialis yang selalu ingin memiliki lebih banyak dari yang perlu.
           
Ilustrasi
-          VIVAnews - Seorang remaja 17 tahun asal China rela berbuat apapun demi memiliki perangkat elektronik canggih, yaitu komputer tablet iPad 2. Maka, remaja bernama Xiao Zheng itu merasa memiliki peluang saat melihat iklan online yang menawarkan £2.000 atau sekitar Rp27,8 juta kepada seseorang yang bersedia mendonorkan ginjalnya. "Saya ingin membeli iPad 2, tapi saya tidak punya uang," kata Zheng kepada Shenzhen TV, seperti dikutip harian Telegraph.
-          Tanpa pikir panjang, Zheng segera menghubungi nomor telepon yang tertera di iklan itu. Ia melakukan operasi pengangkatan ginjal di sebuah rumah sakit di kawasan utara kota Chenzhou, Provinsi Hunan. Zheng melakukan itu tanpa memberi tahu siapapun. Setelah tiga hari menjalani perawatan pascaroperasi di rumah sakit itu, ia langsung membelanjakan uang bayarannya. Ia kembali ke rumah membawa iPad dan sejumlah perangkat canggih lainnya.
-          Yang ada di kepala Zheng mungkin hanya uang melimpah untuk membeli iPad 2. Ia tak berpikir bahwa keputusan itu bisa mengancam jiwanya. Ia tak menyangka bekas luka operasi pengangkatan ginjal itu memicu komplikasi di tubuhnya.
-          Menyedihkannya setelah ia membeli Ipad 2 keluar Ipad 3, sekarang sudah ipad 6

Teman-teman mencari kepuasan di dalam materi dunia, tidak pernah akan ditemukan. Kepuasan sejati ketika kita menggunakan materi itu untuk sesuatu yang bersifat kekal.

Aplikasi:
Ciri orang materialis adalah:
-          suka pamer. Materialis-Exhibionis. Contoh: punya gelang, jam, gadget dipamerkan kadang-kadang dengan cara yang gilani. Geng Motor pembuat onar (motor pinjaman, belum cukup umur, mengganggu oranglain, tidak safety).
-          membeli sesuatu bukan karena kebutuhan tetapi keinginan – Shopaholic.
-          Mengabaikan etika dan aturan demi mendapatkan barang atau benda yang diinginkannya – Materialis-Antinomia: berbohong, mencuri, korupsi.

Kebiasaan matre ini kadang juga terpengaruh dari orangtua. Orangtua yang materialistis mempengaruhi anaknya menjadi materialistis. Coba amati orangtuamu, apakah mereka mempunyai ciri-ciri orang materialis.
Firman Tuhan hari ini mengingatkan remaja untuk menjauhi kehidupan yang materialis. Mungkin saja pola hidup seperti itu engkau warisi dari keluargamu, Tetapi engkau punya pilihan untuk hidup tidak seperti mereka; engkau punya pilihan untuk hidup sesuai dengan kehendak Tuhan.

Apa saran Alkitab? Dari bagian yang kita baca kita dianjurkan untuk:

2. Kumpulkanlah harta di surga
            Artinya suatu tindakan atau perbuatan yang dampaknya bersifat abadi. Apa itu yang bersifat abadi? Itulah karakter/watak serupa Kristus. Yang harus kita koleksi adalah karakter-karaketer Kerajaan Allah; Sifat-sifat Kristus. Menjadi remaja yang hormat kepada orangtua, remaja yang peduli dengan sesama, remaja yang mencintai Firman Tuhan, remaja yang mau berkorban untuk orang lain. Menjadi remaja yang menarik orang kepada Kristus. Karakter-karakter seperti inilah yang harus kita koleksi, kita latih. Harta ini tidak akan binasa atau rusak atau hilang.
            Kita mengumpulkan harta di surga juga menyangkut kesadaran menggunakan miliknya untuk tujuan-tujuan Kristiani. Di sini diperlukan kerelaan untuk berbagi milik kita untuk dipakai dalam pekerjaan Tuhan.
            Karakter inilah yang bernilai kekal, tidak dapat dicuri, dirampas, atau hilang.

Ilustrasi
            Di Bekasi - Aksi nekad 2 perampok tidak hanya membuat harta Nuliana Edi Supandi (45) raib. Urat nadi tangan kanan dan kiri Nuliana juga putus akibat ditebas celurit kedua perampok. Peristiwa itu terjadi pada Senin (26/10) pagi. Saat itu, warga Jl Raya Narogong KM 7 RT 04 RW 01 Kelurahan Bojong Menteng, Kecamatan Rawa Lumbu, Bekasi, ini hendak berangkat kerja. Namun, saat menaiki mobil bersama sopirnya, Wawan Kurniawan (32), tiba-tiba datang pelaku merampas tas korban secara paksa. Nuliana mencoba mempertahankan harta bendanya dengan memberikan perlawanan.  Namun perlawanan itu justru membuahkan petaka baginya. Dua pelaku yang  menggunakan motor ini kemudian mengeluarkan celurit dan menebas tangan korban. Akibatnya, urat nadi kedua tangannya putus. Sementara itu, kedua pelaku berhasil kabur dengan membawa uang tunai sebesar Rp 6 juta, 1 unit handphone, 2 kartu ATM BCA dan Bank Bumi Putra atas nama korban dan Safelisa, 1 kartu kredit Visa Master Card.

Bagian ini bukan mau menyatakan bahwa tidak boleh menabung atau memiliki sejumlah uang. Tetapi kisah ini menunjukkan bahwa kepemilikan kita atas uang tidak kekal. Bahkan tidak jarang membahayakan kita.

Aplikasi
                       
Teman-teman, apakah harta yang engkau kumpulkan dapat hilang atau tidak? Dapat rusak atau tidak? Dapat ketinggalan jaman atau tidak? Dapat dicuri atau tidak?
Kita diingatkan bahwa karakter Kristenlah yang tidak dapat rusak, hilang dan dicuri. Itulah harta di surga…
Apakah engkau sudah mengumpulkan harta di surga? Apakah engkau mempunyai karakter-karakter yang serupa dengan Kristus?

Kalo melihat sekeliling kita saat ini, sulit mencari seorang yang berjuang hidup sesuai karakter Kristen. Remaja yang dikenal mempunyai kesetiakawanan tinggi terhadap teman tetapi kenyataannya kesetiakawanan itu hanya sebatas materi. Berkawanan karena materi.
            Sulit mencari remaja yang mau peduli dengan berbagi materi dengan orang lain yang membutuhkan. Yang ada sekarang remaja egois dan sombong hanya karena punya materi tertentu.
      Jarang sekali menemukan remaja yang mengasihi orangtua mereka dengan tulus dan menghormati orangtua mereka. Yang sering ditemu sekarang remaja yang menuntut orangtua memenuhi keinginan mereka akan materi tertentu.

Mengakhiri renungan malam ini saya menantang remaja ini untuk menguji diri, apakah engkau seorang materialis atau tidak. Bisa proyek pribadi atau proyek bersama sahabatmu.
Proyeknya sederhana yaitu peduli terhadap seseorang yang membutuhkan, yang berkekurangan secara materi. Tidak peduli siapapun dia: mungkin orang satu gereja, satu sekolah, satu lingkungan tempat tinggal. Bisa saja lebih tua, seusia, atau lebih muda. Amati hidupnya, doakan dia kalau engkau mampu bantu dia secara materi. Dan TANPA SEPENGETAHUANNYA.. ini untuk menjaga kemurnian hatimu..

Contohnya: carilah seorang anak SD yang tasnya sudah usang di lingkungan tempat tinggalmu, berikan hadiah tas yang baru tanpa sepengetahuannya.

MEMILIH UNTUK BERDAMPAK (1Sam. 17:16-39)


Kemerosotan bangsa ini tidak dapat dipisahkan dari minimnya kepekaan dan keberanian orang Kristen untuk ambil bagian dalam menyelesaikan persoalan bangsa. Di tengah banyaknya persoalan bangsa entah itu di bidang pendidikan, ekonomi, birokrasi, atau pun hukum, banyak orang Kristen lebih tertarik untuk memikirkan kepentingan sendiri sembari menyebarkan semangat pesimistik menghadapi persoalan bangsa yang ada.
Kisah Daud menginspirasi dan mengingatkan kembali orang Kristen untuk tidak egois dan pesimis, sebaliknya dengan kesadaran siap berkorban dan optimis, memilih untuk ambil bagian dalam menyelesaikan persoalan bangsa.
Perikop yang kita baca mengemukakan salah pergumulan besar Israel pada saat itu adalah peperangan melawan bangsa sekitar, secara khusus Filistin. Dari narasi yang tertulis dinyatakan bahwa pasukan bangsa Israel sedang berhadapan dengan pasukan bangsa Filistin. Dari bangsa Filistin tampil seorang pendekar, yang biasa bertarung, bernama Goliat. Goliat menantang Israel untuk duel. Setelah 40 hari (17:16), tidak ada seorang pun dari bangsa Israel yang berani melawan Goliat. Mereka dilanda ketakutan dan kecemasan (17:11,24).
Ketika Daud hadir di perkemahan orang Israel untuk menanyakan kabar saudara-saudaranya yang ikut berperang, ia mendengar Goliat yang menantang Israel. Daud mengusulkan dirinya untuk diijinkan melawan Goliat (17:32). Ia menyadari bahwa tidak ada satu pun prajurit yang berani melawan Goliat. Ia tahu bahwa tawar hati/pesimistis melanda prajurit Israel. Sikap Daud ini bukan sikap gegabah tanpa pertimbangan. Keberanian Daud didasarkan atas keyakinan akan kuasa Allah yang memberkati Israel dan dirinya. Daud menyadari bahwa Allah mengasihi bangsanya dan bahwa Israel adalah barisan Allah. Karena itu ia yakin bahwa Allah akan menyertai dan menolongnya melawan Goliat (17:34-36).
Pada kisah selanjutnya, kita melihat bahwa Daud akhirnya maju dan mengalahkan Goliat. Ia menjadi agen Allah untuk menyelesaikan persoalan bangsanya di tengah-tengah menjalarnya semangat individualis (yang mencari keamanan diri) dan pesimistik bangsanya menghadapi Goliat dan Filistin.
            Orang percaya ditantang untuk memilih bersikap egois dan pesimis atau sebaliknya memilih untuk berdampak dan menjadi agen Allah membawa perubahan dan solusi bagi persoalan bangsa dalam berbagai bidang. Allah menyertai dan menolong umat-Nya yang memutuskan untuk mengambil sebuah peran dalam menyelamatkan bangsanya. Ada kuasa Allah menyertai orang-orang yang berani menjadi agen perubahan bangsanya yang terpuruk. Apa pilihan saudara?

Melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka,
karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala. (Mat. 9:36)

Pertanyaan Rekfleksi:
1.      Apakah pergumulan bangsa yang menggugah saudara untuk ambil bagian menyelesaikannya?

2.      Kendala apa yang menyulitkan, ketika saudara memilih untuk berdampak dan menjadi agen Allah menyelesaikan persoalan bangsa?

Kembalilah ke Jalanmu (1Raja-raja 19:9-18)

            Dalam bukunya “The Mission of God’s People,” yang diterbitkan dalam bahasa Indonesia oleh Literatur Perkantas dengan dengan judul Misi Umat Allah, Christopher Wright menyatakan, “yang jelas tak terhindarkan ialah bahwa penderitaan adalah suatu bagian integral dari hidup banyak orang dalam Alkitab yang setia kepada panggilan Allah dan misi mereka.”

Penderitaan tidak dapat dipisahkan dari panggilan orang percaya. Dan tentu saja karena menghindari penderitaan itu, tidak sedikit orang percaya hidup jauh dari jalan panggilannya. Salah tokoh Alkitab yang sempat undur dari jalan panggilan adalah Elia. Di ayat 9 dan 13, Allah bertanya, “Apakah kerjamu di sini, hai Elia?” Pertanyaan ini mendorong Elia berefleksi mengenai panggilan (kerja) dan keberadaannya (di sini): apakah ia berada di ‘tempat’ dimana seharusnya ia dipanggil? Elia adalah seorang Nabi yang dipanggil untuk bekerja segiat-giatnya menyatakan firman Tuhan di tengah-tengah bangsanya yang meninggalkan Tuhan dan menyembah berhala. Tetapi mengapa ia berada, lebih tepatnya bersembunyi, dalam sebuah gua? Bukankah seharusnya ia berada ditengah-tengah bangsanya menyampaikan firman?

Jawaban Elia atas pertanyaan Tuhan menunjukkan apa yang menjadi kegelisahan hatinya. Ia merasa sendiri dan takut kehilangan nyawanya karena Izebel, ratu Israel, berencana hendak membunuhnya (19:1-3). Ketakutan akan ancaman pembunuhan ini yang membuat Elia meninggalkan jalan panggilannya.

            Karya Tuhan melalui Angin besar dan kuat, gempa serta api (ay.11-12) menunjukkan kekuatan kuasa Allah yang melampaui kekuatan kuasa para penganiaya. Allah telah mempersiapkan penghukuman bagi para penganiaya pada waktunya (Hazael, Yahu dan Elisa, ay. 15-17). Jalan penderitaan memang membuat banyak orang meninggalkan jalan Tuhan, namun jalan itu tidak pernah kehabisan orang karena masih ada 7000 orang pada saat itu yang setia pada jalan Tuhan (ay. 18). Oleh karena itu Elia tidak perlu gentar menghadapi ancaman dan tak perlu merasa sendiri.

            Allah memerintahkan Elia “… kembalilah ke jalanmu, …” Kembali hidup di jalan panggilan itu. Ada kuasa Allah dan kehadiran sesama orang percaya yang memberikan kekuatan, perlindungan, pemeliharaan dan penghiburan yang meneguhkannya di jalan panggilan menghadapi berbagai ancaman penderitaan.

            Pertanyaan Allah kepada Elia juga senantiasa diarahkan kepada kita untuk mengajak kita mengevaluasi apakah jalan kita masih di jalan panggilan itu, atau sudahkah menjauhinya karena enggan menderita. Seorang yang ingin hidup setia dalam jalan panggilannya harus rela meninggalkan kenyamanan dan keamanan semu demi panggilannya. Allah berkuasa memelihara hambaNya di dalam berbagai penderitaan karena jalan panggilan itu.

Memang setiap orang yang mau hidup beribadah di dalam Kristus Yesus  
akan menderita aniaya (2Tim. 3:12)
 
Refleksi lebih lanjut:

1.      Bagaimana zona nyaman dan aman menghalangimu menjalani panggilan Tuhan?
2.      Apa yang rela saudara korbankan demi panggilan Tuhan? Dan apa yang sulit saudara korbankan jika jalan panggilan menuntut itu?

Dicipta untuk Suatu Tujuan (Ester 4:13-14)


Rick Warren menyatakan bahwa kita ditempatkan di bumi untuk member sumbangsih. Kita tidak diciptakan hanya untuk menghabiskan sumber daya (makan, bernafas, memenuhi tempat), tetapi kita terlebih dirancang untuk mengadakan sesuatu yang berbeda melalui kehidupan kita. Seorang percaya dipanggil ke sebuah tempat, sebuah tujuan, sebuah peran, sebuah fungsi untuk dilaksanakan yang dapat memberi arti dan nilai yang luar biasa dalam kehidupannya.

             Ester adalah salah satu dari tokoh Perjanjian Lama yang memberi arti dan luar biasa dalam kehidupannya, kehidupan bangsanya dan kerajaan Allah. Kisah kehidupan Ester bisa dikatakan kehidupan tragis yang berubah menjadi kehidupan fantastis. Hanya dalam waktu kurang dari empat tahun, seorang gadis Yahudi yatim piatu yang hidup di pembuangan di negeri asing bersama pamannya (2:5-7) menjadi seorang ratu yang mengenakan mahkota kerajaan di kepalanya, menjadi orang yang terpandang di seluruh kerajaan (2:17-18).

            Apakah kehidupan Ester adalah suatu kehidupan yang terjadi kebetulan, yang tanpa tujuan? Di Pasal 3 dinyatakan bahwa seorang pembesar bernama Haman ingin memusnahkan bangsa Yahudi karena iri hati. Hari pembinasaan telah ditetapkan dengan terencana dan terstruktur. Dan siapakah yang dapat menyelamatkan bangsa Yahudi dari hari pembinasaan itu?

            Pasal 4:13-14, adalah suatu panggilan bagi Ester untuk memberi arti dan nilai yang luar biasa dalam kehidupannya. Ester diperhadapkan pada pilihan: untuk mengisi kehidupan dengan nyaman dalam istana dengan segala kemewahan dan kemuliaannya atau untuk mengambil peran yang beresiko untuk menyelamatkan bangsanya dari kebinasaan. Ini bukan pilihan yang mudah, namun menentukan apakah kehidupannya akan berarti dan bernilai. Pamannya, Mordekhai, mengajaknya melihat bahwa Allah membentuknya menjadi seorang ratu untuk suatu tujuan, di suatu saat, “Siapa tahu, mungkin justru untuk saat yang seperti ini engkau beroleh kedudukan sebagai seorang ratu.”

Ester menyadari maksud kisah kehidupannya, ia menyadari panggilannya dan ia mengambil peran dalam upaya penyelamatan bangsanya. Kisah selanjutnya dalam kitab ini menyatakan bagaimana Ester berhasil membujuk raja untuk mengeluarkan keputusan yang berujung pada penyelamatan bangsanya dari pembinasaan yang direncanakan oleh Haman. Ester dikenang sebagai tokoh yang menyadari panggilan hidupnya dan mengambil peran dalam penyelamatan bangsanya.

Kita juga dipanggil ke sebuah tempat, sebuah tujuan, sebuah peran, sebuah fungsi untuk dilaksanakan supaya kehidupan kita memberi arti dan nilai yang luar biasa.

Karena itu, saudara-saudaraku, berusahalah sungguh-sungguh,
supaya panggilan dan pilihanmu makin teguh.
Sebab jikalau kamu melakukannya,
kamu tidak akan pernah tersandung (2Pet.1:10)
           
                                             
Refleksi lebih lanjut:
Bagaimana mengetahui tempat, tujuan, peran dan fungsi panggilan saudara? Bersediakan saudara menjalani panggilanmu apapun resikonya?

Support Blog

Support blog ini dengan subscribe Channel Youtube Victor Sumua Sanga dengan klik tombol di bawah: