Merged in the Word (Yoh. 17:17; 2Tim. 3:16-17)

sumber: religiousaffections.org
Manusia ada di dunia karena diciptakan melalui Firman, manusia dapat tetap hidup oleh topangan Firman Allah dan bahkan manusia dapat diselamatkan menuju hidup yang kekal, karena percaya kepada Firman yang diberitakan. Oleh karena itu sudah sepatutnya hidup manusia diabdikan kepada Firman Tuhan. Salah satu pokok doa Tuhan Yesus bagi para murid adalah supaya mereka mempunyai komitmen yang lebih terhadap Firman Tuhan, “Kuduskanlah mereka dalam kebenaran; firman-Mu adalah kebenaran.” Pengudusan dalam Firman bermakna mendedikasikan dan memfokuskan diri pada firman Tuhan.
Hidup seorang murid yang didedikasikan dan difokuskan pada firman, akan memperlengkapi mereka untuk melakukan pekerjaan baik yang Allah rencanakan dalam hidup mereka. Hidup yang dikuduskan dalam firman membuat iman bertumbuh, sebab di dalam firman kita beroleh hikmat, di dalam firman kesalahan disingkapkan, dan di dalam firman kelakuan diperbaiki. Dengan demikian keutuhan hidup seorang murid baru dapat terbentuk dalam kehidupan yang didedikasikan dan difokuskan pada Firman Tuhan.
Apakah hidup saudara merged in the Word? Hidup yang menyatu dengan firman, salah satunya, ditandai dengan penghargaan terhadap waktu membaca dan merenungkan firman. Dalam konteks komunitas Kristiani itu berarti penghargaan terhadap waktu ibadah Minggu, waktu doa keluarga, dan waktu teduh pribadi - dimana di dalam semua itu, firman Tuhan dibahas secara khusus. 

“Alkitab, dan hanya Alkitab, tanpa penambahan dan pengurangan apa pun oleh manusia, adalah satu-satunya tuntunan yang memadai bagi setiap pribadi, sepanjang waktu dan dalam setiap keadaan” - Michael Faraday

Fruitfull Life (Yohanes 15:1-8)

Pada ayat 5 dinyatakan, “Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.” Jika merenungkan ayat ini, kita mungkin berpikir bahwa bukankah banyak orang yang tidak percaya kepada Kristus dapat melakukan hal-hal yang berguna bagi orang lain? bukankah banyak orang yang bukan Kristen yang justru dapat berbuat banyak hal dalam kehidupannya?
            Sebut saja, Profesor Stephen William Hawking yang menerima tiga belas gelar kehormatan, banyak penghargaan, medali dan hadiah di bidang ilmu pengetahuan. Beliau juga menulis banyak buku best-seller. Salah satu karya besarnya adalah The Grand Design,
Sumber: sentonmission.com
sebuah buku yang diakui banyak ilmuwan. Apakah hidupnya tidak berbuah banyak? Apakah ia tidak dapat berbuat apa-apa?
             Kehidupan yang berbuah banyak, dalam konteks firman Tuhan ini, merupakan kehidupan yang dilihat dari perspektif Kerajaan Allah. Seorang yang hidupnya tidak berpusat pada Kristus, maka tidak mungkin dapat berbuat apa-apa bagi Kerajaan Allah. Seorang yang hidupnya tidak tinggal di dalam Kristus, maka tidak mungkin baginya untuk berguna bagi Kerajaan Allah.
            Seseorang bisa saja mempunyai banyak pencapaian, tetapi sejauh mana pencapaiannya memuliakan Tuhan. Seseorang bisa saja melakukan banyak hal, tetapi sejauh mana yang dilakukannya memuliakan Allah Bapa. Hanya hidup yang berpusat pada Kristus, hanya hidup yang tinggal pada pokok anggur, membuat kehidupan yang berbuah banyak bagi Kerajaan Allah menjadi keniscayaan.
           
           
Tuhan, tolonglah aku untuk tetap tinggal di dalam-Mu, di dalam relasi yang dekat dengan-Mu, dengan demikian hidupku boleh menghasilkan buah bagi Kerajaan Allah dan senantiasa memuliakan Allah dalam setiap hal yang aku lakukan

Berdukacita (Yoel 2:12-13, 22-25, 32)


Pendahuluan
                Ada satu profesi yang tergolong profesi unik. Meskipun tergolong unik, keberadaan profesi ini sudah sangat tua, sudah ada bahkan pada zaman Perjanjian Lama.[1] Profesi ini dianggap cukup penting di negara-negara dari Afrika, Timur Tengah dan Cina. Profesi itu adalah peratap profesional, yang fungsinya untuk meratapi kepergian almarhum sesedih mungkin hingga membuat suasana di rumah duka menjadi lebih memilukan.[2]
                Para peratap profesional ini rupanya merupakan suatu keterampilan yang bisa dilatih. Nah berikut ini sebuah video yang menunjukkan pelatihan para peratap.[3] 



sumber: google.com 
Bahkan saya mendapati di salah satu majalah online membahas tentang seseorang yang pasang tarif lumayan untuk menjadi peratap di suatu pemakaman. $50 untuk menangis biasa, $100 untuk menangis histeris, $150 untuk menangis sambil guling-guling di lantai, $200 untuk menangis dan mengancam lompat ke dalam lubang kubur, yang paling mahal $1000 untuk menangis plus beneran lompat ke dalam kubur.[4] Khusus yang bagian akhir ini, harus ditambahkan “(kecuali pemakaman model kremasi).” 
               







 Sebenarnya profesi ini punya motivasi yang baik, motivasi ini terlihat dari kesaksian seorang ibu yang menjadi peratap profesional kepada BBC News dalam video berikut.[5] 


Dalam duka, seorang anggota keluarga mungkin tidak tahu bagaimana harus menangis, dan peran peratap profesional adalah menolong mereka. Ada yang berminat part time?

Hari ini kita bersama belajar dari firman Tuhan juga tentang peratap. Tetapi bukan peratap kematian melainkan peratap dosa. Bukan menangisi kematian seseorang yang kita kasihi, melainkan menangisi dosa-dosa yang kita lakukan. Berdukacita bukan karena ditinggalkan kerabat kita, melainkan berdukacita karena dosa kita. Paling tidak ada dua kebenaran yang kita dapat pelajari pada hari ini:

Berdukacita: Karakter Wajib bagi Setiap Orang Kristen

sumber: lilinkecil.com
Dalam buku Berkat dari Kerendahan Hati, dinyatakan bahwa karakter berdukacita karena dosa adalah karakter yang harus dimiliki oleh semua orang Kristen,[6] harus dimiliki. Dalam bagian Alkitab yang tadi kita baca, seluruh umat itu, tanpa kecuali, sebagai satu bangsa dikumpulkan untuk berdukacita karena dosa-dosa mereka. Baik orangtua maupun anak-anak, bahkan anak-anak yang menyusu, dipanggil untuk berdukacita di hadapan Tuhan. Semua wajib berdukacita. Mirip jika membandingkan dengan kisah pertobatan bangsa Niniwe, dimana semua penduduk diperintahkan berkabung. Bahkan bukan hanya manusia, hewan pun diperintahkan untuk berkabung karena dosa.[7]
Berdukacita karena dosa mempunyai dua esensi yang tidak boleh dipisahkan. Esensi yang pertama adalah hati yang menyesali dosa, hati yang koyak oleh penyesalan. Di ayat 12, terdapat frasa “segenap hatimu,” sedangkan di ayat 13 dinyatakan “koyakkanlah hatimu.” Esensi yang kedua, yang salah seorang penafsir katakan sebagai, “bagian yang terlihat dari proses pertobatan.” Itulah “dengan berpuasa, dengan menangis dan dengan mengaduh” (ay. 12). Tidak selalu ketiga hal ini dilakukan, Nabi Yoel menyebutkan ketiganya untuk menggambarkan bentuk-bentuk yang kelihatan dari ekspresi dukacita.[8]
Jadi saudara-saudara yang dikasihi Tuhan, Berdukacita karena dosa adalah karakter wajib dimiliki oleh setiap orang Kristen, sebagai umat Tuhan, tanpa kecuali. Dan karakter ini diekspresikan dari dalam diri melalui hati yang menyesali dosa diikuti dengan ekspresi yang kelihatan melalui tangisan, ratapan atau puasa.
Perbedaan orang percaya atau umat Tuhan daripada orang lain adalah bukan karena kita tidak pernah berdosa lagi, bukan. Melainkan pada dukacita akan dosa. Orang yang sudah diselamatkan, akan berdukacita akan dosa-dosanya. Dukacita itu dimulai dari kesadaran akan keberdosaan kita.


Aplikasi
Apakah bapak ibu saudara masih merasa diri berdosa? Sebagai pribadi, orangtua, pendidik, atau gembala, apakah saudara dan saya masih melihat diri kita sebagai pribadi yang berdosa, sehingga perlu datang kepada Allah dengan hati yang remuk disertai tangisan atau ratapan atau berpuasa?
Sebagai orangtua kita perlu berduka lebih banyak karena dosa yang kita lakukan kepada anak-anak kita. Orangtua adalah teladan, namun jika orangtua tidak bisa menjadi teladan – hidup dalam dosa, maka hal itu menjadi batu sandungan bagi anak-anak kita. Tidak sedikit sikap dan perilaku orangtua membuat anak-anak mereka jauh dari Tuhan.
Bapak ibu saudara yang dikasihi Tuhan, mungkin baik jika kita punya waktu khusus untuk meratap atau berpuasa secara pribadi maupun sebagai komunitas orang percaya di keluarga maupun gereja. Waktu khusus untuk menyatakan ekspresi yang kelihatan dari hati yang berdukacita atas dosa kita secara pribadi.
Pemimpin gereja juga harus berdukacita lebih banyak. Dari pimpinan gereja dibuat berbagai keputusan dan kebijakan. Kebijakan dan keputusan pemimpin memengaruhi kehidupan jemaat secara keseluruhan. Siapa yang menjamin pemimpin gereja tidak mungkin salah mengambil keputusan?

Berdukacita: Karakter untuk Hidup yang Bertumbuh dan Berbuah                                                                  

Kebenaran yang kedua yang bisa kita pelajari dari teks Alkitab yang kita baca adalah bahwa karakter berdukacita karena dosa dapat membawa kita pada hidup yang bertumbuh dan berbuah.
Dalam buku Berkat dari Kerendahan Hati, dinyatakan bahwa salah satu tanda seorang bertumbuh adalah adanya kepekaan dan kedukaan terhadap dosa yang terus menguat.[9] Semakin peka terhadap dosa, semakin berduka atas dosa, maka semakin bertumbuh dan berbuah hidupnya di hadapan Tuhan.
Ada satu peristiwa unik yang terjadi pada masa nabi Yoel. Peristiwa itu adalah serbuan belalang yang melahap habis tanaman yang dilewatinya. Momen itu dipakai oleh Nabi Yoel menubuatkan datangnya serbuan pasukan asing.[10] Akan tetapi jika seluruh umat Tuhan datang dengan hati yang hancur, dengan menangis, meratap dan berpuasa, maka Tuhan akan memulihkan keadaan mereka. Bukan hanya itu, bahkan Allah membuat menjadi agen yang membawa keselamatan kepada bangsa-bangsa lain.
Yoel 2:22-24 menyatakan bahwa tanah gembalaan menghijau, pohon menghasilkan buahnya, tempat pengirikan penuh dengan gandum, tempat pemerasan penuh dengan anggur. Ayat 32 menyatakan bahwa, “… di Sion dan di Yerusalem akan ada keselamatan ….” Bagian ini menunjukkan bahwa ada janji pemulihan, pertumbuhan dan buah yang dihasilkan ketika umat datang dalam hancur hati dan dukacita karena dosa. Siapa yang mau bertumbuh dan berbuah di dalam hidupnya? Maka berdukacitalah atas dosa.
Salah satu buah dari karakter berdukacita adalah sirnanya sikap menghakimi. Dalam buku Berkat
sumber: www.ironstrikes.com/blog/mourn-for-sin
dari Kerendahan Hati
dituliskan “Kita tidak bisa menghakimi orang percaya lainnya atau bahkan orang tidak percaya, jika kita hancur dan remuk hati akan dosa kita.”[11] Hal ini sangat sejalan dengan apa yang dirasakan Paulus dalam surat-surat penggembalaan yang ditulisnya. Dalam 1Kor. 15:9, ia mengatakan, “… aku adalah yang paling hina dari semua rasul.” Beberapa waktu kemudian Paulus menulis surat Efesus yang di dalamnya ia menyatakan bahwa dirinya adalah “yang paling hina di antara segala orang kudus” (Ef. 3:8). Kemudian pada salah satu surat terakhirnya, ia menulis, “Perkataan ini benar dan patut diterima sepenuhnya: "Kristus Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan orang berdosa," dan di antara mereka akulah yang paling berdosa” (1Tim. 1:15).
Semakin berdukacita karena dosa, semakin merasa tidak layak dari orang lain, semakin rendah hati, semakin bertumbuh dan semakin berbuah.         

Aplikasi
  Apakah bapak ibu saudara rindu hidup yang dipulihkan, bertumbuh dan menjadi berkat bagi orang lain? Mulailah dengan karakter berdukacita.
Karakter berdukacita membuat kita menjadi rendah hati untuk menerima kelemahan-kelemahan kita. Rendah hati untuk mengakui bahwa kita manusia rapuh yang membutuhkan penghiburan Allah dalam hidup kita.
Karakter berdukacita membuat hidup kita tidak mampu menghakimi orang lain. Tanpa penghakiman, kita diajak menjadi motivator dan penghibur bagi kelemahan orang lain. Sebagai pribadi yang berdukacita atas dosa, kita melihat keberdosaan orang lain, bukan untuk diabaikan, dihakimi, melainkan untuk diratapi dalam doa-doa kita. Demikianlah kita menjadi berkat bagi sesama.  

Download powerpoint disini






[1] Amos 5:16
[2] https://lifestyle.okezone.com/read/2015/11/30/196/1258233/delapan-profesi-paling-aneh-ini-ternyata-benar-ada?page=2
[3] https://www.youtube.com/watch?v=4Kw9M90XCys
[4] https://www.golfdigest.com/story/facebook-user-declares-himself-a-professional-mourner-sells-his-tears-for-money
[5] https://www.bbc.com/news/av/world-africa-44673492/professional-mourners
[6] Bridges, Jerry, Berkat dari Kerendahan Hati. p41.
[7] Yunus 3:7-10                                           
[8] Stuart, Douglas, WBC, Vol. 31: Hosea-Jonah.
[9] Bridges, Jerry, Berkat dari Kerendahan Hati. p47.
[10] http://www.sabda.org/sabdaweb/biblical/intro/?b=29
[11] Bridges, Jerry, Berkat dari Kerendahan Hati. p49.

Diskusi dengan HW tentang Makanan Haram & Halal dalam Alkitab

Saudara bisa melihat penjelasan saya perihal alasan mengapa dalam PL dan PB terdapat perbedaan perintah Allah berkenaan dengan makanan haram dan halal, disini.

Berikut ini diskusi saya (melalui email) dengan seorang bapak bernama HW menanggapi powerpoint saya tentang makanan Haram & Halal menurut Alkitab. Semoga menjadi berkat bagi pembaca.

HW        : Selamat malam... Maaf mau tanya, kita dari gereja mana?

Victor    : Sekarang bergereja di ***** (salah satu gereja di Banten). 

HW        : Apa itu **** (menyebutkan kembali gereja tempat saya berbakti)?

Victor    : Gereja **** jemaat **** (menjelaskan nama lengkap gereja)

sumber: amazingdiscoveries.org
HW        : Ohhh Saya baca td bahan khotbah tentang makanan haram.... mengatakan bahwa di dalam perjanjian baru makanan haram spt babi dan binatang haram lainnya di perbolehkan. Saya mau tanya pak.... Tuhan itu kan tidak berubah.... kenapa dlm perjanjian lama tdk boleh dan perjanjian baru boleh. Kan di dlm perjanjian baru tdk ada yg mengatakan bahwa babi atau binatang haram lain boleh di makan?



Victor    : Terima kasih responsnya, Saya coba pakai analogi pisau untuk menjelaskan: Jika seorang anak balita mencoba mengambil sebuah yang terletak di atas meja, maka saya akan melarangnya. Atau menjauhkan pisau itu dari jangkauannya. Mengapa karena saya tahu balita tersebut tidak mengerti apa yang bisa terjadi dgn pisau di tangannya. TETAPI ketika bayi itu telah menjadi wanita dewasa dan berusaha mengambil pisau tersebut, saya tidak akan menghalanginya.. mengapa? Karena saya tahu bahwa dia telah mengerti bagaimana menggunakannya. Pertanyaannya.. apakah saya berubah sikap tentang pisau?

Be Real, Be Real You - Game online (1Yohanes2:15-17)

Pendahuluan
            Firman Tuhan hari ini atau khotbah hari ini diberi judul be real the real you. Bagian ini mau mengajak kita untuk merenungkan bagaimana kehidupan kita, saudara dan saya, di dunia maya atau online. Untuk bisa beraktivitas di dunia maya (dunia tidak riil) kita membutuhkan perangkat elektronik yang secara umum disebut gadget. Gadget bisa merujuk pada smartphone, Tab, PC ataupun laptop, TV dan Virtual Reality (VR) dan lain sebagainya.
Saya mengajak saudara melihat 1 video berikut

Video ini menggambarkan dampak atau akibat yang diderita oleh Sohu karena terlalu terlalu banyak atau terlalu lama bermain game di Smartphonenya. Sohu kecanduan game, bermain dari pagi hingga malam tanpa istirahat, kemudian mengabaikan peringatan ibunya dan akhirnya terjadilah kebutaan tersebut. Menatap layar gadget dalam batas normal berdasarkan penelitian tidak merusak mata. Yang merusak mata adalah ketika itu melewati batas normal. Di saat mata seharusnya beristirahat atau rileks kemudian dipaksa bekerja membuat mata menjadi lelah dan dampaknya membuat gangguan penglihatan.
Kesehatan mata yang memburuk merupakan salah satu saja dampak dari terlalu lama menggunakan gadget untuk online, berinteraksi di sosial media ataupun untuk bermain game. Sebuah penelitian menunjukkan fakta bahwa terlalu banyak menggunakan Smartphone atau gadget terlalu lama membawa dampak negatif lain diantaranya tidak stabilnya mood atau emosional seseorang; sangat mudah rasa cemas, marah, tidak bisa bersabar. Selain itu, relasi sosial yang riil, yang nyata, dengan orang-orang yang ada di sekitar menjadi terganggu. Bisa dengan orangtua atau keluarga, atau teman-teman di sekitarnya. Cenderung menyendiri meski ada di tengah-tengah sekelompok orang. Sulit berkomunikasi secara riil. Dan yang paling mengkhawatirkan adalah hancurnya relasi dengan Tuhan: malas beribadah, malas berdoa, malas baca Alkitab. Sehingga lahirlah generasi yang menolak Tuhan.

Saudara salahkah kita menggunakan teknologi? kelirukah jika kita memanfaatkan gadget di dalam kehidupan kita? Apakah contoh-contoh tadi mau menunjukkan bahwa kita tidak boleh bermain game atau kita tidak boleh online? Tidak boleh menggunakan gadget?

Motivasi yang benar Berguna dan Membangun: Diri-Sesama-Kerajaan Allah
Saudara, teknologi yang kita miliki, peralatan yang kita gunakan termasuk gadget, merupakan sesuatu yang bersifat netral; yang membuatnya menjadi tidak netral adalah motivasi atau alasan kita menggunakannya.
Dalam bagian yang kita baca kita diperlihatkan dua motivasi yang tiap orang pasti miliki, sadar atau tidak, sengaja atau tidak, ketika ia menggunakan atau melakukan apapun. Rasul Yohanes mengingatkan jemaat pada saat itu untuk memperhatikan dua motivasi itu. Dua motivasi itu adalah motivasi mengasihi dunia atau motivasi mengasihi Allah Bapa. Ayat 15-17 seperti membandingkan dua motivasi ini. Mengasihi dunia atau mengasihi Bapa (ay. 15); berasal dari dunia atau berasal dari Bapa (ay.16), sedang lenyap atau hidup selama-lamanya (ay.17). Yohanes mengingatkan sebagai orang percaya, maka jemaat seharusnya menolak motivasi keduniawian dan memilih mengasihi Allah sebagai motivasinya.

Mengasihi dunia berarti mengikuti keinginan daging atau dosa sedangkan mengasihi Allah berarti melakukan kehendak Allah; mengasihi dunia berarti menuruti keinginan mata memuaskan keinginan mata dan apa yang nampak, sedangkan mengasihi Allah berarti memperbaharui hati, karakter dan kerohanian, yang tidak nampak; kasih kepada dunia membawa pada keangkuhan hidup atau kesombongan diri, sedangkan kasih kepada Bapa membawa pada peninggian Tuhan dalam kehidupan kita.
            Dalam surat Paulus kepada jemaat Korintus ada prinsip yang sangat cocok diterapkan pada masa kini. 1Korintus 10:23, “"Segala sesuatu diperbolehkan." Benar, tetapi bukan segala sesuatu berguna. "Segala sesuatu diperbolehkan." Benar, tetapi bukan segala sesuatu membangun.” Pada masa itu orang berselisih paham tentang makanan yang boleh dan tidak boleh. Paulus mengingatkan bukan persoalan boleh tidak boleh, melainkan berguna atau tidak, membangun atau tidak.

            Sesuatu yang sesuai kehendak Allah adalah sesuatu yang berguna: bagi diri sendiri-bagi sesama-bagi Kerajaan Allah. Aktivitas yang mengasihi Allah adalah aktivitas yang membangun: relasi diri sendiri-relasi dengan sesama-relasi dengan Allah.
            Prinsip Berguna dan Membangun: Diri-Sesama-Tuhan ala Paulus ini juga berlaku dalam penggunaan teknologi dan di dunia maya. Artinya silahkan beraktivitas di dunia maya, silahkan menggunakan gadget sejauh itu Berguna dan Membangun: Diri-Sesama-Tuhan. Namun ketika aktivitas itu merusak diri, mengganggu relasi dengan orang lain, membuat ibadah dan relasi dengan Allah diabaikan, maka itu sudah tidak lagi mengasihi Allah, melainkan keduniawian.

Ilustrasi

sumber: medium.com
 Bagan 1: Jika media sosial menjadikan kita anti sosial dan kehilangan kehangatan komunikasi secara nyata, maka itu tidak lagi Berguna dan Membangun: Diri-Sesama-Tuhan.
           








sumber: utdmercury.com

Bagan 2: Sebuah survey yang dilakukan di Australia, menunjukkan fakta berikut.










Aplikasi
Saudara yang dikasihi oleh Tuhan, mari sejenak merenungkan kembali. Selama ini ketika engkau berinteraksi dengan smartphonemu,  atau ketika kamu online, ketika bermain games; seberapa berguna itu bagi dirimu-sesama dan Allah?  Apakah itu mengganggu studimu? apakah itu menyita waktu istirahatmu? apakah itu mengganggu waktumu berelasi dengan orang tua? apakah itu membuat emosi mau tidak stabil apakah itu membuat kamu mudah marah, mudah tersinggung? apakah itu membuat kamu malas beribadah, berdoa baca Alkitab?
Atau sebaliknya ketika kamu menggunakan Smartphonemu belajar firman Tuhan,  kamu cari kebenaran? Apakah aktivitasmu di dunia maya mendukungmu dalam membangun kehidupan rekanmu, menjadi berkat bagi orang lain? kamu bukan hanya jadi konsumen dari segala hal yang ada di dunia maya tapi kamu juga produsen menghasilkan konten-konten yang kreatif dan positif? Apakah postingan dan tulisan-tulisanmu menolong orang semakin dekat dengan Tuhan? apakah penggunaan gadget atau juga komputer atau juga smartphonemu membuat relasi dengan orangtua menjadi lebih baik? kamu bisa menunjukkan perhatian kepada mereka dengan menggunakan semua itu. Kamu bisa memakai itu untuk mengenang momen-momen dengan orang-orang di sekitarmu.
Saudara-saudara kita sebagai orang percaya dipanggil untuk memiliki motivasi yang benar, yaitu motivasi yang mengasihi Allah dalam memanfaatkan ilmu pengetahuan teknologi yang berkembang saat ini;


Kedewasaan Karakter Kristen (1Sam 2:11-26)


Bacaan kita menunjukkan bahwa kedewasaan karakter Kristen bisa saja dimiliki oleh orang yang secara usia relatif lebih muda. Yang menjadi ironi, terkadang kedewasaan karakter justru tidak terlihat dari orang yang secara usia lebih tua.

Bagaimana memiliki kedewasaan karakter?

  1. Penentu kedewasaan karakter Kristiani

Dalam perikop yang kita baca, penulis kitab Samuel ingin membandingkan dua figur, yaitu figure anak-anak Eli dan figure Samuel. Ada seorang penafsir yang memberikan judul pada perikop ini, bad boy and good boy. 

Figur anak-anak Eli bernama Hofni dan Pinehas, sebagai figur Bad Boys, di ayat 12-17 dinyatakan sebagai orang-orang dursila. Dursila kalau dalam Alkitab bahasa Inggris disebut good for nothing. Suatu figur seseorang yang tidak ada baiknya, tidak ada kebaikan di dalam dirinya.
Anak-anak Eli digambarkan sebagai figur yang serakah, yang mengambil apa yang bukan menjadi hak mereka. Di dalam Imamat 7:34 dinyatakan, “karena dada persembahan unjukan dan paha persembahan khusus telah Kuambil dari orang Israel dari segala korban keselamatan mereka dan telah kuberikan kepada Imam Harun, dan kepada anak-anaknya; itulah suatu ketetapan yang berlaku bagi orang Israel untuk selamanya.” Berdasarkan ketetapan Tuhan, bagian mereka seharusnya dada dan paha dari hewan korban persembahan, tapi yang mereka lakukan justru berbeda. Mereka mengambil segala yang ditarik dengan garpu bergigi tiga. Bahkan di ayat 16 mereka juga mengambil lemak. Lemak adalah bagian dari kurban sembelihan yang hanya diperuntukkan bagi Tuhan.
Kejahatan lainnya, di ayat 22 adalah mempraktekkan perzinahan, yang menjadi kebiasaan penyembahan berhala, dalam ritual ibadah di Kemah Pertemuan (atau Bait Allah pada masa itu). Mereka sesungguhnya sudah diperingatkan oleh orang-orang termasuk ayah mereka sendiri, tetapi mereka tidak peduli (ay.25). Kisah selanjutnya Allah menghukum mati anak-anak Eli.
Lain halnya dengan the good boy, Samuel. Samuel yang jauh lebih muda dari anak-anak Eli. Samuel melayani Tuhan dengan baik dalam pengawasan Eli. Di usia yang masih anak-anak, sebagai penolong imam Eli, Samuel sangat memperhatikan pelayanan dengan baik. Ayat 18 dinyatakan bahwa Samuel memakai baju Efod. Peraturan ini merupakan ketentuan atau peraturan yang harus dilakukan bagi para imam pelayan di Kemah Pertemuan.
Kerelaan dan perhatian Samuel dalam melayani mendatangkan berkat bagi keluarganya. Allah mengaruniakan anak laki laki dan perempuan bagi orangtua Samuel. Perikop ini yang kita baca ditutup dengan Samuel yang bertumbuh dan makin disukai Allah dan manusia.
Samuel menaati dengan baik peraturan bagi para imam yang melayani, sedangkan anak-anak Eli mengabaikannya. Pelayanan Samuel menjadi yang disukai Allah dan manusia, sedangkan anak-anak Eli dikeluhkan oleh orang banyak dan juga ayah mereka. Ketaatan Samuel menghadirkan berkat bagi keluarganya, sedangkan anak-anak Eli menyusahkan orangtuanya.

sumber: thoughts-about-god.com/blog/ml_gods-presence/
Saudara-saudara apa yang menjadi penentu kedewasaan karakter Samuel, diusia yang masih sangat muda? Dan mengapa ia begitu berbeda dengan Hofni dan Pinehas, yang secara usia jauh lebih tua? Jawabannya ditemukan dalam sebuah frasa “di hadapan Tuhan.” Sebuah frasa yang sangat penting dalam kitab Samuel secara umum dan secara khusus dalam perikop yang kita baca, yaitu “di hadapan TUHAN.” Frasa ini diulang lebih dari 30 kali di dalam Kitab 1 Samuel dan 2 Samuel. Secara khusus di dalam perikop yang kita baca frasa ini diulang sebanyak 4 kali yaitu di ayat 17 18 21 dan 26.
Mengapa Samuel memiliki kedewasaan karakter Kristiani? Karena ia senantiasa menyadari bahwa hidupnya ada di hadapan Tuhan. Kesadaran bahwa hidup terbuka di hadapan Tuhan ini, dibangun dari pengenalan akan Kemahatahuan dan kemahahadiran Allah.
Kehidupan yang terbuka di hadapan Tuhan juga digambarkan dengan jelas dalam Mazmur 139:1-12. Mari kita baca Mazmur ini bersama-sama. Tuhan tahu kita duduk atau berdiri, berjalan atau berbaring. Tuhan tahu pikiran ataupun perkataan kita. Tuhan melihat, memperhatikan dan akan mengevaluasi kehidupan kita. Tidak ada tempat yang tersembunyi dari Allah, bahkan di dunia orang mati pun Tuhan ada.
Seorang yang memiliki kedewasaan karakter Kristiani adalah seorang yang senantiasa melihat hidupnya berada dan terbuka di hadapan Tuhan.

Gaul gih! (Pengkhotbah 4:7-12)

Salah satu kesia-siaan dalam kehidupan adalah kesendirian. Hidup tanpa kerabat, sahabat atau teman merupakan kehidupan yang hampa. Seseorang dapat saja berkata bahwa ia tidak membutuhkan orang lain, atau ia dapat bertahan hidup hanya dengan dirinya sendiri - tanpa orang lain; namun pada kenyataannya, itu merupakan pemikiran yang bodoh. Kesia-siaan lainnya adalah memiliki rekan dalam hidupnya, tetapi bukan rekan yang membawanya pada kebaikan, melainkan kepada kehancuran.

Sumber: www.istockphoto.com
Penulis kitab Pengkhotbah mengajak kita melihat lebih dalam arti kebersamaan yang membangun. Kenikmatan hasil jerih payah menjadi bernilai bila dikecap dalam kebersamaan, bukan dalam kesendirian (ay.7-8). Hasil kerja dua orang lebih baik dari hasil kerja satu orang (ay.9). Dalam kebersamaan, jika seorang tersandung, maka ada orang lain yang dapat menolongnya bangkit; jika ia jatuh ke dalam dosa, maka ada orang lain yang membimbingnya dengan lemah lembut; jika ia menghadapi masalah, maka ada orang lain yang menghibur dan menolongnya (ay.10-12).

Pesan Pengkhotbah ini mengingatkan kita bagaimana Allah memandang keberadaan manusia pada awal penciptaan manusia. Allah memandang tidak baik kalau manusia itu seorang diri saja, karena itu Allah menciptakan penolong yang sepadan dengan dia (Kej.2:18,20). Sejak semula Allah menciptakan manusia dalam kebersamaan yang saling menopang. Kebersamaan tersebut bisa ditemukan dalam relasi penikahan ataupun relasi persahabatan. Kebersamaan yang saling menopang, menolong, menguatkan, menghibur dan membawa kehidupan tiap-tiap pribadi memuliakan Allah dalam hidupnya.

Apakah hidup anda dalam kesendiriaan yang sia-sia? Apakah anda mempunyai pasangan, sahabat atau teman yang dapat menolongmu makin bertumbuh dalam Tuhan?


Terbukti Baik (Matius 5:16; Efesus 2:10; Filipi 4:5; Yakobus 2:17)


Perbuatan baik adalah bukti (yang kelihatan) dari iman (yang tidak kelihatan) kepada Kristus. Kita berbuat baik bukan supaya kita diselamatkan dari penghukuman, melainkan karena kita sudah diselamatkan (Flp. 2:10). Hidup orang Kristen yang tidak mampu menampilkan kebaikan merupakan bukti kepalsuan dan kesemuan imannya (Yak. 2:17). Selain itu, perbuatan baik merupakan magnet yang kuat yang menarik orang lain untuk datang kepada Kristus. Kebaikan yang dilakukan orang Kristen membawa orang lain datang dan memuliakan Allah (Mat.5:16). Karena hari kedatangan Kristus yang kedua kalinya sudah dekat, Paulus mengingatkan jemaat Filipi untuk menampilkan hidup yang limpah dengan kebaikan demi menarik orang datang kepada Allah (Flp.4:5).
Sumber: visitccc.com


Oleh karena itu, perbuatan baik mempunyai dua implikasi dalam kehidupan orang Kristen: pertama, sebagai buah dari karya keselamatan yang Allah kerjakan dalam hidup orang Kristen; kedua, sebagai magnet untuk menarik lebih banyak orang datang kepada Kristus. Dengan demikian, seorang Kristen sejati seharusnya terbukti baik dalam kehidupan kesehariannya.

Sebagai siswa Kristen anda dipanggil untuk terbukti baik di tengah pergaulan. Siswa Kristen diajak untuk menampilkan kebaikan sebagai buah dari karya keselamatan sekaligus sebagai upaya menjangkau rekan-rekan mereka bagi Kristus.

Apakah kebaikan hatimu diketahui orang lain? Berapa banyak orang yang memuliakan Allah karena melihat kebaikanmu? Mari membuktikan keselamatan kita dan sekagus menjangkau sesama bagi Allah melalui kebaikan yang nampak.

Wise Words (Amsal 15:1-2)

Kata-kata atau perkataan mampu menyingkapkan jati diri orang yang mengucapkannya. Fakta ini terlihat dengan jelas pada ayat kedua dari Amsal 15.

Lidah               orang bijak                  mengeluarkan pengetahuan,
mulut               orang bodoh                mencurahkan kebodohan.

sumber: shop.quirky.com
Kata-kata yang berisi pengetahuan juga merujuk pada perkataan yang berisi kebenaran, nasihat, atau penghiburan yang tentunya akan membawa manfaat dan membangun orang lain. Perkataan yang demikian merupakan ekspresi dari hati yang murni, peduli dan penuh kasih. Lidah yang mengucapkan kata-kata tersebut hanya mungkin dimiliki oleh seorang yang disebut “bijak”. Kebijaksanaan serupa yang dimiliki oleh orang seperti Salomo (1Raj.5:12) atau Daniel (Yeh. 28:3).
            Sedangkan kata kata yang mencurahkan kebodohan merujuk pada perkataan yang berisi omong kosong, perundungan, kebohongan, kesombongan, sumpah serapah, atau percabulan. Perkataan yang demikian bertujuan merendahkan, mendukakan hati dan mengganggu orang lain. Mulut orang yang mengucapkan hal-hal tersebut merupakan “orang bodoh,” yang bisa bermakna “impious,” tidak beriman atau tidak bermoral. Orang yang tidak mengenal Tuhan dan tidak memiliki moralitas yang benar, maka akan mengeluarkan perkataan yang bertujuan menghancurkan sesama orang lain.
            Apakah anda orang bijak atau orang bodoh? Cerminannya bisa terlihat dari perkataan yang keluar dari mulut anda. Kata katamu mencerminkan siapa dirimu sesungguhnya. Apakah lidahmu mengucapkan pengetahuan atau kebodohan? apakah mulutmu memotivasi atau merendahkan sesama?


Saring Sebelum Sharing (1Tesalonika 5:21-22)

Kota Tesalonika merupakan kota terbesar di wilayah Makedonia, sekaligus menjadi ibukota provinsi tersebut. Kota ini merupakan kota pelabuhan yang menjadi pusat perdagangan dan komunikasi dan informasi. Kondisi ini menjadikan Tesalonika menjadi tempat persinggahan bahkan menjadi tujuan dari berbagai latar belakang bangsa dan kebudayaan.
Dengan posisi yang demikian strategis, salah satu tantangan sekaligus juga ancaman bagi kehidupan masyarakat, khususnya gereja, pada saat itu adalah melimpahnya informasi. Informasi yang melimpah bisa memberikan kesempatan yang juga melimpah bagi pengembangan kehidupan sosial, ekonomi, dan spiritualitas masyarakat. Namun disisi lain limpahan informasi dapat membawa petaka tatkala tidak mampu membedakan mana informasi yang benar dan yang salah. Untuk alasan inilah Paulus menasehati jemaat di Tesalonika untuk menguji segala sesuatu dan memegang apa yang baik dan menjauhi yang jahat (ay. 21-22).
sumber: techtalk.gfi.com
Informasi yang kita miliki pada masa kini dengan dukungan teknologi internet menjadi lebih melimpah lagi. Persoalannya masih sama yaitu informasi yang benar dan yang salah berbaur menjadi satu. Nasihat Paulus kepada jemaat Tesalonika menjadi sangat relevan di zaman informasi saat ini. Kita perlu menguji apakah suatu informasi itu benar atau salah. Sayangnya ephoria limpahan informasi membuat kita ingin cepat dan pertama membagikan informasi, sehingga tidak ada waktu untuk menguji apakah suatu informasi itu benar atau salah. Terlalu cepat membuat kita kurang cermat. Moto “saring sebelum sharing” seharusnya menjadi moto generasi yang hidup di zaman ini. Jika tidak, maka kita akan menjadi orang-orang yang gagal bertahan di zaman ini karena tenggelam oleh lautan informasi. Karena itu, marilah kita menjadi orang yang bijaksana yang punya waktu untuk menguji informasi sehingga tahu informasi yang benar dan yang salah, memegang yang benar dan menjauhi yang salah.
Renungkan apa dampaknya bagimu dan bagi orang lain jika menerima dan meneruskan informasi yang salah?

Relakah aku dibersihkan? (Matius 21:12-13)


sumber: google picture
Bagi orang Israel ada beberapa hal yang menunjukkan identitas mereka. Yang pertama adalah tanah (land). Ini tidak lain adalah tanah perjanjian, tanah Kanaan, wilayah kekuasaan Israel khususnya pada masa pemerintahan raja Daud. Yang kedua adalah suku bangsa (Tribe). Ini merujuk pada keturunan dua belas suku Israel. Ada kebanggaan tersendiri jika mereka memiliki darah Ibrani asli. Yang ketiga adalah Taurat (Torah). Yang merujuk pada Kitab Taurat dan kitab para nabi. Orang Israel sangat menghargai Kitab Taurat. Yang keempat yang secara khusus hari ini kita pelajari yaitu bait Allah (Temple). Dari Temple ini yang tersisa saat ini adalah salah satu sisi tembok yang disebut tembok Ratapan. Jadi jika diringkas identitasnya jadi 4T: Tanah, Tribe, Torah, Temple.
Bagi orang Kristen keempat hal ini juga penting saat ini tanah bagi kita bukanlah tanah yang berada di wilayah Palestina saat ini melainkan Kerajaan Allah surga, kita adalah keturunan Israel bukan secara fisik tetapi secara rohani, kita mewarisi Iman Abraham Ishak dan Yakub, Torah bagi kita bukan hanya Kitab Taurat dan kitab para nabi melainkan termasuk di dalamnya Injil sebagai penggenapan segala nubuat di dalam Kitab Taurat dan kitab para nabi: bukan hanya Perjanjian Lama tetapi juga Perjanjian Baru, bait Allah bagi kita bukanlah lagi merujuk pada bait Allah yang didirikan pada zaman Salomo, Zerubabel, atau Herodes, melainkan gereja sebagai bait Allah dan diri pribadi sebagai bait Roh Kudus.

Pemurnian Gereja Sebagai Bait Allah

sumber: google picture
Dalam renungan ini, kita membahas secara khusus tentang Temple atau Bait Allah. Dalam bagian yang kita baca adalah penyimpangan penggunaan bait Allah dan hal ini yang Yesus coba murnikan atau bersihkan. Di ayat 13 dinyatakan bahwa bait Allah yang seharusnya menjadi rumah doa telah menjadi Sarang Penyamun. “Penyamun” adalah perampok keji yang merampok dengan kasar dan bengis bahkan tidak jarang mencoba menghabisi nyawa orang yang dirampoknya. Istilah Penyamun juga dipakai dalam perumpamaan tentang orang Samaria yang baik hati Lukas 10:25-37. Di mana ada seseorang yang dirampok habis-habisan dan bahkan dipukuli hingga hampir mati. Mengapa Tuhan Yesus menggunakan kata yang keras ketika yang menegur orang-orang yang berdagang pada saat itu?
Penyebab pertama adalah karena orang yang berdagang pada saat itu mengambil keuntungan yang tidak wajar dari orang-orang yang datang beribadah. Ada dua pedagang yang disebutkan dalam bagian yang kita baca di ayat 12 yaitu penukaran uang dan pedagang merpati.
Penukar uang diperlukan karena uang yang beredar di masyarakat merupakan uang yang diterbitkan oleh kekasaran Romawi ataupun pemerintahan provinsi yang memerintah saat itu.  Uang tersebut menurut peraturan bait Allah adalah uang-uang yang tidak Kudus atau haram. Semua yang haram itu, tidak Kudus jadi tidak boleh masuk ke dalam bait Allah. Uang-uang tersebut yakni uang Yunani atau uang Romawi harus ditukar menjadi uang Ibrani atau uang Yahudi. Kebutuhan akan hal ini dimanfaatkan oleh para penukar uang untuk mengeruk keuntungan sebesar-besarnya, kursnya dibuat lebih besar. inilah perampokan Ekonomi.
Selain itu ada juga pedagang merpati. kalau kita bandingkan dengan Kitab Injil lain kita akan menemukan bahwa bukan cuman merpati yang diperdagangkan tetapi ada hewan-hewan yang lain juga. para pedagang menjual hewan ini dengan harga yang lebih mahal. mereka menyasar perantau, yaitu orang-orang Israel yang hidup di perantauan yang datang dari berbagai daerah asal mereka untuk datang ke bait Allah untuk beribadah secara khusus membawa persembahan berupa korban hewan. burung Merpati merupakan kurban persembahan hewab yang paling murah. Hewan ini dipersembahkan oleh orang sederhana atau orang miskin. Penyebutan pedagang Merpati ingin menekankan bahwa perampokan ekonomi juga bahwa dilakukan terhadap orang yang miskin sekalipun. ini perampokan ekonomi yang sangat parah. 
Penyebab Kedua. Mengapa Yesus begitu keras terhadap para pedagang ini karena mereka melakukan transaksi tersebut di area pelataran Bait Suci, halaman Bait Suci di mana tempat itu diperuntukan bagi orang-orang asing atau orang-orang non-yahudi yang ingin datang berdoa kepada Allah. Ini merupakan perampasan, atau pembatasan, atau pengabaian terhadap orang-orang asing atau non yahudi, yang rindu yang membutuhkan Allah dalam hidup mereka. Jika bagian yang pertama adalah perampokan ekonomi maka perampokan yang kedua adalah perampokan rohani.
Sumber: sarapanpagi.org
Tempat yang harusnya menjadi sumber kekudusan menjadi tempat pemerasan. Tempat yang harusnya membuka kesempatan bagi orang mengenal Allah menjadi tempat di mana orang dihalang-halangi berjumpa dengan Tuhan. Untuk alasan inilah Yesus menjadi begitu marah. dan menyebut para pedagang ini sebagai para penyamun.
Bagi kita masa kini, bagaimana? Jika Yesus memurnikan Gereja saat ini maka dua hal yang iya akan koreksi adalah bagaimana perspektif gereja terhadap uang dan bagaimana gereja memberi ruang bagi orang lain atau jemaat untuk semakin mengenal Allah. 
Saya pernah mengikuti persidangan tahunan di suatu gereja. Persidangan tahunan inilah yang menentukan Bagaimana gereja tersebut akan berjalan 1 tahun ke depan. Ironisnya pembahasan terbesar, terlama, terdalam yang dibahas adalah berkaitan dengan uang. Meskipun ada program penginjilan, ada program pelayanan, ada program pembinaan dan lain sebagainya, yang dibahas paling banyak paling lama paling dalam adalah berapa uang yang akan keluar berapa uang yang akan masuk berapa saldonya.
Hati gereja mungkin sudah terpaku semata-mata pada uang bukan lagi memikirkan kualitas penginjilan, efektivitas pembinaan, totalitas pelayanan. Jika demikian, gereja harus berhati-hati dalam hal ini. Gereja harus betul-betul memikirkan bagaimana pemahaman pengenalan Jemaat akan firman Tuhan bertumbuh. Jangan hanya memikirkan pendapatan, pengeluaran dan saldo.
Maukah gereja kita dibersihkan dari pola pikir yang berpusat pada uang menjadi gereja yang berpusat pada pertumbuhan Iman Jemaat? Para Majelis, hamba tuhan pengurus komisi Mari memikirkan lebih banyak penginjilan pembinaan pemuridan. Mari mengevaluasi bukan hanya keuangan tetapi juga berapa jiwa yang sudah kenal Injil berapa jemaat yang sudah dimuridkan Apakah pembinaan makin mengenalkan Jemaat akan Tuhan. Jika itu yang menjadi perhatian utama gereja maka Tuhan akan tambahkan yang lainnya.

Pemurnian pribadi jemaat sebagai bait Allah

Bagian kedua yang tidak kalah pentingnya jika berbicara tentang penyucian bait Allah, bukan hanya gereja sebagai bait Allah tetapi juga pribadi Jemaat sebagai bait Allah. Di dalam 1 Korintus pasal 3 ayat 16-17 dinyatakan, “tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu? .... Sebab bait Allah adalah Kudus dan bait Allah itu ialah kamu.”  Yesus akan membersihkan bukan hanya gereja sebagai satu institusi atau komunitas tetapi juga pribadi orang percaya sebagai bait Tuhan.
1 Tim. 6:10 menyatakan, “karena Akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab boleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka.” 2 Tim. 3:2 menyatakan, “manusia akan mencintai dirinya sendiri dan menjadi hamba uang. Mereka akan membual dan menyombongkan diri, mereka akan menjadi pemfitnah, mereka akan berontak terhadap orang tua Dan tidak tahu berterima kasih, tidak memperdulikan agama,” 
sumber: christianpost.com
Apakah anda memberi ruang bagi diri anda untuk berjumpa dengan Tuhan atau hanya mengejar materi semata? Apakah anda memberi ruang memberi kesempatan bagi anak-anak dalam keluarga untuk berjumpa dengan Tuhan melalui hidup anda, atau justru mengajarkan kepada mereka pola hidup yang materialis? Yesus rindu menyucikan bait-Nya, yaitu hidup kita. Mari kita singkirkan pemikiran yang semata-mata memikirkan uang, Mari kita jungkir-balikkan sikap-sikap yang menutup kesempatan bagi hati kita untuk mengenal Tuhan lebih dekat. Mari kita mencari dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya maka semuanya akan ditambahkan pada waktunya.




Support Blog

Support blog ini dengan subscribe Channel Youtube Victor Sumua Sanga dengan klik tombol di bawah: