Gaul gih! (Pengkhotbah 4:7-12)

Salah satu kesia-siaan dalam kehidupan adalah kesendirian. Hidup tanpa kerabat, sahabat atau teman merupakan kehidupan yang hampa. Seseorang dapat saja berkata bahwa ia tidak membutuhkan orang lain, atau ia dapat bertahan hidup hanya dengan dirinya sendiri - tanpa orang lain; namun pada kenyataannya, itu merupakan pemikiran yang bodoh. Kesia-siaan lainnya adalah memiliki rekan dalam hidupnya, tetapi bukan rekan yang membawanya pada kebaikan, melainkan kepada kehancuran.

Sumber: www.istockphoto.com
Penulis kitab Pengkhotbah mengajak kita melihat lebih dalam arti kebersamaan yang membangun. Kenikmatan hasil jerih payah menjadi bernilai bila dikecap dalam kebersamaan, bukan dalam kesendirian (ay.7-8). Hasil kerja dua orang lebih baik dari hasil kerja satu orang (ay.9). Dalam kebersamaan, jika seorang tersandung, maka ada orang lain yang dapat menolongnya bangkit; jika ia jatuh ke dalam dosa, maka ada orang lain yang membimbingnya dengan lemah lembut; jika ia menghadapi masalah, maka ada orang lain yang menghibur dan menolongnya (ay.10-12).

Pesan Pengkhotbah ini mengingatkan kita bagaimana Allah memandang keberadaan manusia pada awal penciptaan manusia. Allah memandang tidak baik kalau manusia itu seorang diri saja, karena itu Allah menciptakan penolong yang sepadan dengan dia (Kej.2:18,20). Sejak semula Allah menciptakan manusia dalam kebersamaan yang saling menopang. Kebersamaan tersebut bisa ditemukan dalam relasi penikahan ataupun relasi persahabatan. Kebersamaan yang saling menopang, menolong, menguatkan, menghibur dan membawa kehidupan tiap-tiap pribadi memuliakan Allah dalam hidupnya.

Apakah hidup anda dalam kesendiriaan yang sia-sia? Apakah anda mempunyai pasangan, sahabat atau teman yang dapat menolongmu makin bertumbuh dalam Tuhan?


Terbukti Baik (Matius 5:16; Efesus 2:10; Filipi 4:5; Yakobus 2:17)


Perbuatan baik adalah bukti (yang kelihatan) dari iman (yang tidak kelihatan) kepada Kristus. Kita berbuat baik bukan supaya kita diselamatkan dari penghukuman, melainkan karena kita sudah diselamatkan (Flp. 2:10). Hidup orang Kristen yang tidak mampu menampilkan kebaikan merupakan bukti kepalsuan dan kesemuan imannya (Yak. 2:17). Selain itu, perbuatan baik merupakan magnet yang kuat yang menarik orang lain untuk datang kepada Kristus. Kebaikan yang dilakukan orang Kristen membawa orang lain datang dan memuliakan Allah (Mat.5:16). Karena hari kedatangan Kristus yang kedua kalinya sudah dekat, Paulus mengingatkan jemaat Filipi untuk menampilkan hidup yang limpah dengan kebaikan demi menarik orang datang kepada Allah (Flp.4:5).
Sumber: visitccc.com


Oleh karena itu, perbuatan baik mempunyai dua implikasi dalam kehidupan orang Kristen: pertama, sebagai buah dari karya keselamatan yang Allah kerjakan dalam hidup orang Kristen; kedua, sebagai magnet untuk menarik lebih banyak orang datang kepada Kristus. Dengan demikian, seorang Kristen sejati seharusnya terbukti baik dalam kehidupan kesehariannya.

Sebagai siswa Kristen anda dipanggil untuk terbukti baik di tengah pergaulan. Siswa Kristen diajak untuk menampilkan kebaikan sebagai buah dari karya keselamatan sekaligus sebagai upaya menjangkau rekan-rekan mereka bagi Kristus.

Apakah kebaikan hatimu diketahui orang lain? Berapa banyak orang yang memuliakan Allah karena melihat kebaikanmu? Mari membuktikan keselamatan kita dan sekagus menjangkau sesama bagi Allah melalui kebaikan yang nampak.

Wise Words (Amsal 15:1-2)

Kata-kata atau perkataan mampu menyingkapkan jati diri orang yang mengucapkannya. Fakta ini terlihat dengan jelas pada ayat kedua dari Amsal 15.

Lidah               orang bijak                  mengeluarkan pengetahuan,
mulut               orang bodoh                mencurahkan kebodohan.

sumber: shop.quirky.com
Kata-kata yang berisi pengetahuan juga merujuk pada perkataan yang berisi kebenaran, nasihat, atau penghiburan yang tentunya akan membawa manfaat dan membangun orang lain. Perkataan yang demikian merupakan ekspresi dari hati yang murni, peduli dan penuh kasih. Lidah yang mengucapkan kata-kata tersebut hanya mungkin dimiliki oleh seorang yang disebut “bijak”. Kebijaksanaan serupa yang dimiliki oleh orang seperti Salomo (1Raj.5:12) atau Daniel (Yeh. 28:3).
            Sedangkan kata kata yang mencurahkan kebodohan merujuk pada perkataan yang berisi omong kosong, perundungan, kebohongan, kesombongan, sumpah serapah, atau percabulan. Perkataan yang demikian bertujuan merendahkan, mendukakan hati dan mengganggu orang lain. Mulut orang yang mengucapkan hal-hal tersebut merupakan “orang bodoh,” yang bisa bermakna “impious,” tidak beriman atau tidak bermoral. Orang yang tidak mengenal Tuhan dan tidak memiliki moralitas yang benar, maka akan mengeluarkan perkataan yang bertujuan menghancurkan sesama orang lain.
            Apakah anda orang bijak atau orang bodoh? Cerminannya bisa terlihat dari perkataan yang keluar dari mulut anda. Kata katamu mencerminkan siapa dirimu sesungguhnya. Apakah lidahmu mengucapkan pengetahuan atau kebodohan? apakah mulutmu memotivasi atau merendahkan sesama?


Saring Sebelum Sharing (1Tesalonika 5:21-22)

Kota Tesalonika merupakan kota terbesar di wilayah Makedonia, sekaligus menjadi ibukota provinsi tersebut. Kota ini merupakan kota pelabuhan yang menjadi pusat perdagangan dan komunikasi dan informasi. Kondisi ini menjadikan Tesalonika menjadi tempat persinggahan bahkan menjadi tujuan dari berbagai latar belakang bangsa dan kebudayaan.
Dengan posisi yang demikian strategis, salah satu tantangan sekaligus juga ancaman bagi kehidupan masyarakat, khususnya gereja, pada saat itu adalah melimpahnya informasi. Informasi yang melimpah bisa memberikan kesempatan yang juga melimpah bagi pengembangan kehidupan sosial, ekonomi, dan spiritualitas masyarakat. Namun disisi lain limpahan informasi dapat membawa petaka tatkala tidak mampu membedakan mana informasi yang benar dan yang salah. Untuk alasan inilah Paulus menasehati jemaat di Tesalonika untuk menguji segala sesuatu dan memegang apa yang baik dan menjauhi yang jahat (ay. 21-22).
sumber: techtalk.gfi.com
Informasi yang kita miliki pada masa kini dengan dukungan teknologi internet menjadi lebih melimpah lagi. Persoalannya masih sama yaitu informasi yang benar dan yang salah berbaur menjadi satu. Nasihat Paulus kepada jemaat Tesalonika menjadi sangat relevan di zaman informasi saat ini. Kita perlu menguji apakah suatu informasi itu benar atau salah. Sayangnya ephoria limpahan informasi membuat kita ingin cepat dan pertama membagikan informasi, sehingga tidak ada waktu untuk menguji apakah suatu informasi itu benar atau salah. Terlalu cepat membuat kita kurang cermat. Moto “saring sebelum sharing” seharusnya menjadi moto generasi yang hidup di zaman ini. Jika tidak, maka kita akan menjadi orang-orang yang gagal bertahan di zaman ini karena tenggelam oleh lautan informasi. Karena itu, marilah kita menjadi orang yang bijaksana yang punya waktu untuk menguji informasi sehingga tahu informasi yang benar dan yang salah, memegang yang benar dan menjauhi yang salah.
Renungkan apa dampaknya bagimu dan bagi orang lain jika menerima dan meneruskan informasi yang salah?

Support Blog

Support blog ini dengan subscribe Channel Youtube Victor Sumua Sanga dengan klik tombol di bawah: